Finally! Hari Rabu yang aku tunggu pun datang, 20 November 2013. Sore ini
aku berangkat ke Malang bersama #20 Duta Pelajar Anti Napza 2013 (DPAN13),
dalam rangka mengunjungi Pusat Rehabilitasi Corpus Christy dan RSJ. Radjiman
Wedyodiningrat. Dari Jogja jam 4 sore, sampe disana jam 4 pagi, kita nginep di
Villa, Wonosari Agro Wisata disingkat WAW._.v bukan Wonosari di Jogja tapi.
Sekamar sama @AnggitaSarasati terus hari Kamis-nya (21 November) kita cus ke
Corpus Christy dan RSJ Radjiman Wedyodiningrat. But.....sebelum itu, air panas
di kran nggak mau nyala, terpaksa banget mandi make air dingin, mana udaranya
dingin berkabut gitu, bah sial-_- waktu breakfast, menu kali ini nasi goreng
dan dadar gulung:v , menggila sama @salsabilla_ADS @AnggitaSarasati and @Holy_Rhema, kita nafas kayak ada asapnya gitu saking
dinginnya. Banyak kucing waktu breakfast, Salsa phobia, Holy malah ndeketin
kucingnya #holypawangkucing. Terus mainan sebentar, tapi badluck banget rok-ku
putih kena benda kotor(?), akhirnya aku ganti jeans.
Yayasan Corpus Christy: 21 November 2013, 8.45am
Bapak Samuel selaku
pimpinan CC, menyambut kami di tempat yang udah disediakan dan memaparkan
beberapa penjelasan tentang yayasan CC ini. Awalnya yayasan CC ini hanya
berisikan anak-anak nakal dan depresi, tapi waktu itu ada seorang bapak yang
menitipkan anaknya karena menyalahgunakan napza. Akhirnya yayasan ini menjadi
pusat rehabilitasi, banyak lembaga yang mensubsidi yayasan ini. Pak Samuel
bilang, pengguna napza konsep pemikirannya salah karena mungkin kehilangan
kerabat, sahabat, keluarga yang menjadi inspirator mereka. Jadi mereka tak
punya inspirator buat hidup lagi.
Ada beberapa tahap
rehabilitasi di yayasan CC ini, yang paling pertama adalah detoksifikasi atau
pembersihan, lalu rehabilitasi, evaluasi setiap bulannya dan resosialisasi. Di
tahap rehabilitasi sendiri ada mediasi dan terapi. Mediasi bekerjasama dengan
dokter, lalu Terapi dengan cara paradikma, atau mengembalikan pola pikir dan cara
pandang ke jalan yang benar(?), lalu secara Spiritual dengan cara pengembangan
rohani dan keagamaan. Disini hanya ada 15 klien khusus napza, mayoritas
beragama Kristen Katolik, tapi juga ada yang Islam dan Hindu. Disini ada
beberapa asrama, yaitu asrama untuk menanganti orang stres dan depresi tinggi,
asrama untuk sisufren atau gila, asrama untuk lansia stres, stres biasa dan
khusus napza serta anak-anak nakal. Di tempat ini juga ada lapangan
bulutangkisnya, sayang, tempat ini kurang terawat. Kita sempet kenalan sama
beberapa klien disitu, ada yang udah 2 tahun ada yang beberapa bulan, ada yang
cewek pula.
![]() |
Pada dapet salam dari mereka nih;;) |
Setelah sejam lebih kita disana, selanjutnya ke RSJ
Radjiman Wedyodiningrat.
RSJ. Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Lawang, Malang: 21 November 2013; 10.30am
REHABILITASI:
“Semua orang memiliki bakat dan kemampuan, tak terkecuali penyandang
gangguan jiwa. Membantu mereka agar mampu mempertahankan kemampuan yang tersisa
dan memanfaatkannya untuk kelangsungan hidup adalah kewajiban kita semua”
Dari luar rumah sakit ini
keliatan kecil, tapi aslinya luas banget. Sebelum kita masuk ke dalam, kita
dialihkan ke Museum Keswa. Museum ini menyimpan dokumen-dokumen dan benda
penting sebagai sejarah RSJ. Dr. Radjiman Wedyodiningrat ini. Benda-benda itu
berasal dari peninggalan kolonial Belanda yang juga jadi bagian dari sejarah
rumah sakit ini. RSJ. Dr. Radjiman Wedyodiningrat diresmikan pada tanggal 23
Juni 1902, sebelumnya nama rumah sakit ini adalah RSJ Sumberporong, nama
Belanda-nya adalah Krankzinigen Gesticht te Lawang dengan kapasitas percobaan
55TT merupakan RSJ kedua di Indonesia setelah RSJ Bogor.
![]() |
Best words:') |
![]() |
Main gate RSJ Radjiman Wedyodiningrat |
Di Museum
Keswa ada banyak sekali barang kuno yang juga berfungsi sebagai sarana
pengobatan dan rehabilitasi sebelum modern, seperti strait jacket, permanente
baden dan hidroterapi. Terapi rehabilitasi juga berupa terapi masa lalu untuk
mengingat kejadian-kejadian yang klien pernah alami sebelumnya. Ada proyektor
kuno, piringan hitam dan beberapa album band tahun 70an, pasung, lonceng,
piano, alat ETC, alat timbangan, juga meja bilyard, dan.....sesuatu yang
membuatku nggak bisa tidur di malamnya adalah._. bayi, ya.....bayi men, bayi
manusia, bayi yang seharusnya ada dalam rahim ini ada di toples kaca,
oke....tabung lah. Inget banget disitu ada tulisannya, “Kami tidak tahu bayi
manusia ini berasal dari mana, sejak kapan dan umurnya berapa. Tetapi ia ada
disini untuk menunjukkan kekuasaan-Nya” Subhanallah Allahu Akbar. Aku sama
Salsa nemu meja biliard, ada Holy juga disitu, akhirnya kita bertiga main
biliard, well we can still have fun, right?._. Lalu kita dipanggil buat masuk
ke RSJ.RW-nya, no camera. Sepanjang perjalanan banyak paviliun dengan nama
masing-masing dan jenis pasien yang berbeda, banyak dokter-dokter yang
nampaknya masih muda. Belok sana, belok sini, akhirnya kita sampe di ruang
napza. Disana udah ada 7 klien napza di depan untuk jadi narasumber kita.
Namanya A, Y, W, B, S, I dan /satunya lupa._./. Mereka kenalan
dan memberi kesan-kesan disini. Yang pertama menceritakan kisahnya adalah
W.
W, umurnya 20 tahun,
sudah 2 bulan disini, dia mengonsumsi napza mulai kelas 6 SD. Awalnya dia
dikasih temen, minum terus akhirnya kecanduan ganja dan double L dan jadi
bandar narkoba. Lalu ke Kalimantan memakai shabu dan miras. Sempat jadi anak
punk, ke Jogja, ke Malang, ke Surabaya. Kakak dari W ini juga pecandu,
namun sudah meninggal akibat OD (over dosis). Wahyu berpesan: “Jauhi
temen-temen pecandu, jauhi anak punk karena biasanya anak punk seorang pecandu
dan jangan coba-coba merokok”. Setelah W selesai cerita, giliran teman
kita yang cewek, namanya B. Sebelum dia menceritakan kisahnya, dia
menyanyi diiringi gitar oleh W, B menyanyi Sandiwara Cinta dari Republik,
suaranya bagus beneran, aku dan Anggita, dan mungkin semuanya terenyuh denger
suara B dan kejujuran dia bernyanyi, lagunya juga menceritakan kisah
tersendiri. Aku lihat mata B yang berkaca-kaca, dalam hati, aku remuk.
Selesai bernyanyi, dia
mulai cerita. B umurnya juga 20 tahun, dia mulai menggunakan narkoba pada
usia 16 tahun, dia coba-coba rokok, coba-coba miras dan dikasih dextro 5 butir.
Terus mulai berbohong sama mamanya minta uang 50.000 katanya buat beli
alat-alat tulis, tapi ternyata 30.000 buat beli dextro dan 20.000 buat urunan
miras. B memang memiliki latar belakang keluarga pecandu aktif, yaitu
ayahnya. B pernah masuk rumah sakit, namun bukan untuk kasus miras, untuk
kasus depresi, dia sering mendapat tekanan dari keluarga, terutama dari
ayahnya. Setelah lama berhenti, B relaps (menggunakan kembali), dia
memakai double L dan pil koplo (ekstasi). Dia bilang kalo cewek minum 5 sampai
7 butir aja udah nge-fly, terus dia ditanya, “Enak nggak pil koplo-nya?” dia
jawab, “Enak banget!” sambil mengacungkan jempolnya. Dia ditanya lagi, “Mau
lagi nggak?” dia jawab dengan jujur, “Ya sering kepikiran aja kalo lagi waktu
kosong gini. Tapi untuk nyoba lagi enggak ah”. Betris berpesan: “Jangan
sampai masuk lingkungan yang salah, salah masuk bisa salah pergaulan.”
Ibu pembimbing ruang napza
menjelaskan beberapa hal tentang ruang napza, kapasitas disini dari 15 orang
sampai 20, disini juga teman-teman kita diajari cara untuk bersosialisasi dan
memimpin dirinya sendiri, Wahyu berperan sebagai kepala keluarga yang menjaga
teman-temannya. Mereka juga diajak berkarya, melukis, bermain musik, menyanyi
dan masih banyak lagi, memang ada beberapa hasil karya mereka di ruangan ini,
ada yang dijual, ada juga yang masuk pameran. Setelah itu, ibu pembimbing ruang
napza menyampaikan beberapa pesan yang intinya jangan pernah coba-coba memakai
napza. Sebelum kita pulang kita bersalaman dengan teman-teman kita dan
mengucapkan terimakasih atas ceritanya yang sangat sangat sangat bermanfaat
bagi kita, dan nggak lupa salaman sama dokternya. MIAPA DOKTERNYA ADA YANG
GANTENG BANGET, KACAMATAAN, MUDA, TINGGI, PUNYA LESUNG PIPI, WEEEH(?).
(TO BE CONTINUED)
-Rd.
0 komentar:
Post a Comment