Tuesday, March 15, 2022

Diorama Kearsipan Yogyakarta

      Hari ini, 15 Maret 2022, aku mengunjungi Diorama Arsip Jogja, tempatnya di Gedung Depo Arsip DPAD DIY, atau belakang gedung Grhatama Pustaka (Perpustakaan Daerah), gampangnya tempat Pasar Kangen kemarin, nah gedung yang itu. Aku kemarin kesini, tapi kuotanya penuh, dan website nya lagi nggak bisa dipake, jadi aku registrasi kemarin untuk hari ini jam 9.40. Setiap sesi dibatasi maksimal 10 orang dengan 1 guide yang akan menjelaskan bagian-bagian dari setiap diorama. Totalnya ada 18 diorama dengan durasi perjalanan 90 menit. Seperti namanya, Diorama Arsip Jogja, ya jelas mencakup sejarah Yogyakarta, dari masa Panembahan Senopati sampai saat ini. HTM Free, jadi tunggu apa lagi? Ada beberapa peraturan yang harus diindahkan oleh pengunjung selama mengunjungi diorama ini, kira-kira gini:

1.       Menitipkan tas besar dan jaket di meja receptionist.

2.       Mengenakan shoes cover atau boleh melepas alas kaki.

3.       Selama di ruang diorama, pengunjung dilarang untuk:

a.       Makan dan minum.

b.      Mengambil foto mendetail mengenai arsip yang disajikan.

c.       Mengambil video satu durasi penuh.

d.      Mengambil foto/video menggunakan kamera DSLR (pokoknya selain kamera hape tidak diperbolehkan).

e.      Menyentuh arsip dan layar diorama.

      Karena aku hari itu lagi nggak pake kaos kaki (I know, gross), jadi aku milih buat pakek shoes cover tapi emang licin sih. Diorama pertama adalah diorama Hadeging Mataram sih kalo kataku (lupa judulnya), intinya dari Alas Mentaok, sampe Sultan Agung mangkat. Videonya ilustratif banget, disertai dengan keterangan-keterangan waktu dan peristiwa, durasinya sekitar 10 menit kalo enggak salah sih, I don't know, I was lost in time, aku menikmati banget videonya. Setelah itu kita jalan lagi di diorama arsip Sultan Agung sampai perjanjian Giyanti, terus Hadeging Ngayogyakarta. Pada beberapa diorama itu ada layarnya jadi kita juga diberikan tontonan gitu, kalo di diorama Yogyakarta kita sambil nonton Beksan Lawung Ageng yang gagah abis. Menurutku, konsepnya diorama ini menarik banget, karena nggak Cuma arsip, tapi juga ada tontonannya dan ada kayak....apa ya, miniatur bagian depan Kraton Yogyakarta dan bagian depan Pakualam, terus ada pojok beteng yang disorot semacam jadi kelirnya buat video yang ditampilkan pada diorama Geger Sepehi, dan lain-lain. Setiap diorama durasinya sekitar 2-3 menit, jadi kita nggak bisa langsung pergi ke diorama selanjutnya, semisal ada layar tancepnya gitu, ya nunggu sampai habis. Jangan khawatir, setiap diorama yang ada layar tancepnya ada tempat duduk.

     Diorama paling seru buat aku itu diorama 'Lokomotif Perubahan', adalah diorama yang menampilkan bagaimana peran kereta uap (kereta api) itu membawa perubahan yang sangat besar bagi Yogyakarta dan sekitarnya, bukan hanya dari aspek ekonomi, tapi sampai aspek hiburan dan pariwisata juga. Dalam diorama 'Lokomotif Perubahan' ini jadi ceritanya kita lagi ada di dalam kereta, di lantai itu ada rel kereta, dan di dinding diorama menampilkan 'perjalanan' kereta api ini, dari awalnya buat mengangkut tebu, jadi untuk transportasi publik. Aku bias aja mungkin, soalnya aku kan suka banget naik kereta. Selain menampilkan sejarah Yogyakarta secara kronologis, juga ada beberapa bagian yang lebih fokus pada satu aspek, misal pada diorama Yogyakarta Kota Pendidikan, Yogyakarta Kota Budaya, Yogyakarta Kota Pariwisata dan Yogyakarta dan Kebencanaan. Pada diorama Yogyakarta dan Kebencanaan ini ditampilkan dokumentasi dari gempa Opak 2006 dan Merapi 2010, dijelaskan dari berbagai aspek, juga menampilkan data kerugian, data korban, kompilasi koran-koran yang menampilkan berita mengenai bencana ini, secara geografis juga dijelasin mapping dari denah terdampak bencana.

     Menurutku diorama ini menarik konsepnya, jadi semisal orang yang bosen dengerin sejarahnya bisa sambil liat-liat arsip foto, arsip benda, atau sekedar hunting foto, karena tiap diorama juga instagram-able banget (at least if that's what makes you came here for). Diorama ini juga bisa untuk semua umur, tadi aku (aku sendiri, sad) satu rombongan bareng sama keluarga yang bawa anak balita dan batita, sampai ibu-ibu dinas, couple, pokoknya bisa, tapi ya watch your kids kalo temen-temen berniat bawa anak. Temen-temen yang mau berkunjung kesini, sebelumnya juga bisa download aplikasi Augmented Reality (AR) yang bisa diunduh di website nya. Aplikasi ini nanti bisa untuk scan di setiap diorama, dan di beberapa foto/arsip, pokoknya jadi lebih asik deh (si gagap teknologi yang ndeso). Aplikasinya lumayan besar (download nya 112mb) jadi make sure pake wifi, kecuali emang lagi hedon aja.

     So that is it! Kesanku terhadap Diorama Arsip Jogja yang keren banget, aku harap konsep kayak gini bisa dicontoh sama ekshibisi lain, untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda dan interaktif.

 PHOTODUMPSSS










 

 

                                                                                                                                                           






people who read my blog

search here?

Amaranggana Ratih Mradipta. Powered by Blogger.