Monday, November 19, 2018

Ekspedisi: Kampung Kauman

    Setelah lama banget nggak ngepos, ada banyak banget bahan sih sebenernya, Ilmu Sejarah sendiri lagi sering kunjungan, ekspedisi, dan apalah itu namanya, dan aku juga lagi sering ikut-ikut kegiatan yang asik-asik, wkwk. 
    Ekspedisi ini adalah prokernya HIMA Ilmu Sejarah, proker ini goalsnya buat menulis sejarah, dan ekspedisi tahun ini diadakan di Kampung Kauman, dalam rangka menyongsong Milad Muhammadiyah. Mahasiswa Ilmu Sejarah ke Kampung Kauman pada tanggal 21 Oktober 2018, panasnya lagi banget-banget waktu itu belum turun ujan, Jogja gersaaaaaaang banget. So, di post kali ini aku mau cerita tentang konsep kampung Kauman, kampung yang ada di sebelah masjid Gedhe Yogyakarta.
    Kauman berasal dari kata koyimuddin, yaitu kaum dan iman. Kampung ini berdiri dari adanya penempatan abdi dalem (pegawai kraton) yang bertugas di bidang keagamanan, khususnya pengurus Masjid Agung Kasultanan Yogyakarta. Arti Kauman sendiri berasal dari kata pa-ka-u-man yang berarti ‘penegak agama Islam’. Dengan kebijakan Sultan yang menempatkan para abdi dalem agama (kaum) pada sekitar kompleks Masjid Agung, kampung ini semakin berkembang. 
    Kampung Kauman dihuni oleh para ulama abdi dalem Kraton, penghulu dan 9 orang ketib (khatib), dan berdiri di atas tanah dengan luas sekitar 192.000 m2, terletak di sebelah barat Masjid Gedhe. Dengan percampuran beberapa budaya seperti Cina, Jawa dan Eropa, membuat segi arsitektur bangunan-bangunan yang ada di kampung ini lebih Menarik. Kawasan Kampung Kauman ini adalah cagar budaya, sehingga bangunan-bangunannya pun masih sama seperti saat pertama dibangun.
    Munculnya Muhammadiyah dari kampung ini juga menjadi alasan kampung ini berkembang dengan pesat. Kyai Haji Ahmad Dahlan beserta istrinya Nyi Hajah Walidah mengembangkan kampung ini dari segi agama Islam lewat pengajaran-pengajaran dan perekonomian dari batik yang didirikan di kampung ini, seperti Siswa Praja Wanita (TK ABA) dan Batik handel. Satu yang menarik dari kampung ini adalah ketenangannya, diwajibkan mematikan motor dan menuntunnya sampai ke rumah ketika sampai di dalam kampung Kauman ini.
    TK ABA ini awalnya bernama Siswo Projo Wanito, yang merupakan tempat pengajaran bagi perempuan dan anak-anak, lalu diganti menjadi kindergarten pada 1922 dan kemudian menjadi TK ABA (Aisyiyah Busthanul Athfal) pada 1924. Sedangkan Batik handel didirikan untuk menunjang perekonomian masyarakat dengan membuat kain batik.
    Ada satu bangunan yang sebenernya bikin aku tertarik, namanya Mushola Aisyiyah, di depannya ada tanaman mint jadi baunya sedep pisan lah waktu dengerin penjelasannya sambil endus-endus daun mint nya. Mushola Aisyiyah ini dibangun atas dasar keprihatinan Kyai Haji Ahmad Dahlan terhadap perempuan yang hanya dijadikan kanca wingking, sehingga Kyai Haji Ahmad Dahlan membangun mushola ini yang diperuntukkan untuk wanita. Adzan tidak dikumandangkan disini, namun di Masjid Gedhe, namun seluruh jamaah dan takmir masjid disini adalah perempuan.
    Saat ini Kauman masih menjadi kampung tradisional yang sangat padat penduduk, jarak antara satu rumah dan lainnya sangat erat, penduduk biasa menukarkan makanan atau memanggil tetangga melalui jendela rumah. Kampung Kauman juga masih memegang teguh kebudayaan-kebudayaan yang sudah aja sejak dahulu, bahkan di era modern seperti saat ini. Seperti hanya diperbolehkan orang muslim yang tinggal disini, dan penerapan pernikahan antarsaudara untuk menjaga garis keturunan.
GALLERY:
    
himbauan untuk mematikan mesin motor dan menuntun motor


salah satu bangunan di Kampung Kauman


TK ABA

Batik haandel saat ini digunakan hunian


Waktu itu lagi ada pengumpulan sampah gitu


Ini adalah tempat pertama KH Ahmad Dahlan berdakwah

0 komentar:

Post a Comment

people who read my blog

search here?

Amaranggana Ratih Mradipta. Powered by Blogger.