Monday, August 29, 2022

tentang skripsi

      Judulnya jujur dramatis banget, tapi emang dramatis kan. Skripsi memang menjadi suatu fase dalam kehidupan yang sangat dramatis, I don't want to sugarcoat it tapi emang skripsi itu susah. Tapi sesusah-susahnya skripsi juga lebih susah kalo harus nambah semester nggak sih? So, I hope temen-temen yang belum dari judul, semoga dimudahkan hidayahnya agar segera dapat judul dan segera nggarap sih. Ada beberapa hal yang I wished I knew sebelum-saat-dan setelah skripsian, atau menjelang sidang.

     Kata dosenku, ada 3 kedekatan yang harus kita cari saat mikir judul skripsi. Kedekatan ini penting banget dalam perjalanan kamu nulis, agar terus bisa konsisten dan nggak tergoyahkan buat ganti judul, karena itu urusannya bakalan lebih panjang lagi. Nah 3 kedekatan itu adalah:
1. Kedekatan hati, maksudnya adalah kamu harus suka dulu sama objek atau tema yang kamu kaji. Misal, aku suka sama sejarah kebudayaan dan kesenian, jadi aku pasti ambil sekitar itu, on the contrary aku nggak suka sama sejarah politik dan ekonomi, therefore aku nggak bakal ambil itu dan tidak akan menggunakan pendekatan itu juga. Kedekatan hati ini menurutku PENTING BANGET, karena gini, ketika kamu udah suka sama objek/tema nya, kesulitan apapun yang kamu hadapi bakalan lebih menyenangkan dibanding kamu menemukan kesulitan di objek/tema yang kamu gasuka. Udah pasti bakalan kepikiran buat berhenti dan ganti judul.
2. Kedekatan pikiran, ini maksudnya adalah jangka panjang, kamu kira-kira bisa nggak mengerjakan skripsi ini dalam tenggat waktu tertentu. Untuk mencapai kedekatan pikiran ini kamu harus riset tentunya, buat anak-anak sejarah, penting buat tau arsip yang digunakan itu ada dan bisa dijangkau enggak, dan kalau bisa dijangkau, dimana aja letak arsip-arsip ini. Kedekatan ini penting untuk menjaga konsistensi kita utamanya (karena aku MBTI-nya J 94%, aku planning bener-bener setiap BAB bahkan subbab, you don't have to do what I do but you know what I mean) ketika kita nyusun proposal. 
3. Kedekatan jarak, ini juga penting, karena urusannya sama duit wkwk. Ini yang aku luput banget dan kurang riset. Kedekatan jarak penting buat menjaga stabilitas (buset) dari dua aspek kedekatan diatas, kalau jaraknya jauh (dari kampus maupun rumah asal) pasti udah males banget buat ambil data, karena tenaga dan duit yang keluar juga banyak. Tapi gini, di aku, kasusnya adalah---aku pikir, arsip yang aku butuhkan ada di lembaga yang aku teliti (RRI) dan paling enggak di DPAD DIY atau mentok di ANRI, tapi TERNYATA EH TERNYATA di ketiga badan tersebut tidak ada arsip yang aku cari. Arsipku dipegang sama masing-masing pelaku seni, dan buku yang aku gunakan pun ada yang beberapa di Perpustakaan Nasional. Aku pikir penelitianku karena cuma di Yogyakarta, harusnya ya aku bisa menemukan semuanya di Yogyakarta dong, tapi ternyata tidak kawan. Jadi menurutku ini kamu juga harus itung-itungan, make plans, A LOT of plans and backup plans. Bikin tabungan khusus skripsi juga kalau kalian masih semester 3.



     Ketiga kedekatan itu perlu dikaji sih, asli, I wished I planned it better dari pencarian sumber sampe reasoning kenapa aku ambil judul ini. Judul aku memang udah ada yang pernah ambil sebelumnya, ada dua skripsi historiografi yang pernah menulis mengenai ini, tapi periodesasinya beda, isinya dengan isiku juga beda (obviously). I wished, aku mengambil periodesasi yang lebih singkat tapi mendetail. Untuk target sendiri sebenernya diriku sendiri adalah orang yang paling keras dengan targetku, jadi kalau ditanya, siapa yang nge-push diri saya? ya diri saya sendiri, haha. Bikin target tiap bulan adalah caraku agar tetap konsisten, kalaupun aku melampaui itu pasti nggak bakalan jauh banget dari targetku, karena kata Soekarno, bermimpilah setinggi langit karena apabila kamu jatuh kamu akan jatuh diantara bintang-bintang (ciah, jujur nggak nyambung). Jadi targetku awalnya adalah begini:


Januari: sempro sebelum 23 Januari.
Februari: bab II
Maret: bab III
April: bab IV
Mei: bab V dan review
Juni: sidang
Juli: yudisium
Agustus: wisuda

ADAPUN DALAM PELAKSANAANNYA WKWKWKWK.
Januari: belum kelar revisi proposal.
Februari: sempro
Maret: bab II
April: bab III
Mei: stuck di bab III, bingung mau lanjut bab IV, data kurang masih harus wawancara
Juni: bab IV mengebut bab V
Juli: sidang
Agustus: yudisium
November: wisuda

     Memang kalau dilihat-lihat gesernya paling enggak satu bulan. Bulan Mei itu adalah bulan tergelap dan ter-tidak produktif itu, ya Allah kenapa ya, aku menyesal banget jujur. Kalau aku bulan Mei lanjut ke bab IV aku pasti Juni udah bisa sidang dan balik ke timeline awal. Jadi sebenernya kalau kendalaku sendiri apa sih?
1. Arsip/sumber primer, seperti yang aku bilang sebelumnya, kalau bahkan di RRI sendiri nggak ada arsip mengenai dirinya sendiri. This makes me mad, karena lembaga-lembaga yang sudah melalui banyak masa, katakanlah, bersejarah, akan sangat menjengkelkan ketika mereka tidak mengerti sejarahnya sendiri. Minimal memiliki arsip, atau buku-buku mengenai lembaganya, perpustakaan kecil mengenai lembaga ini, agar orang bisa membaca. Tapi tentu aja aku nggak bisa menyalahkan hal ini kan, aku akhirnya harus wawancara di beberapa tempat, dengan berbagai kondisi narasumber.
2. Pembahasan sekunder mengenai dampak kesenian ketoprak RRI Yogyakarta ini juga sebenarnya masih sedikit, itulah kenapa di skripsiku mencoba menjelaskan mengenai dampak dan fungsi konkritnya dalam masyarakat.
3. Sumbernya adalah narasumbernya, aku hanya bisa menjangkau 4 narasumber utama yang merupakan pelaku, dan 1 narasumber sekunder yang merupakan kepala dari ketoprak RRI Yogyakarta saat ini.
4. Friends, okay ini pembahasan yang rada nggak nyambung tapi beneran deh. I did all of my skripsi alone, without any friends (i'm talking about my college friends) buat brainstorming atau simply nyambat masalah skripsi. This is SO DAMN IMPORTANT, a friend, setidaknya teman terdekat yang bisa kamu percaya buat nggarap skripsi, maupun bahasan kalian beda, setidaknya semangat kalian sama. Kamu bantu dia cari data, and vice versa, kalian healing bareng, kalian ambis bareng. Karena apa? ini juga buat menjaga motivasi kamu dan mood kamu. Nggak ada orang yang pingin sendiri menghadapi salah satu fase perkuliahan yang sangat sulit, nggak ada. So please, ketika ada teman kalian yang membutuhkan bantuan, do help them.



     Aku punya dua buku yang membantu aku tracking progress. Buku pertama adalah buku agenda B5 dotted buat mencatat to do list. Misal aku hari Senin ketemu dosen, revisi, dan perbaiki bab berapa, itu aku bikin kotak dan centang di buku ini. Fungsinnya daily dan monthly planner. Buku satunya adalah binder yang membantu aku brainstorming (dengan diriku sendiri) maupun masukan-masukan dari dosbing. Jadi misal aku nulis 'revisi bab III subbab b' di buku agenda, dan detailnya aku tulis di buku binder. Aku sebenarnya melakukan hal ini bukan karena ambis, percayalah, karena aku anaknya pelupa, bingungan dan kadang lack of motivation. Lagi-lagi apapun aku lakukan untuk menjaga mood dan motivasiku, memaksa diriku buat terus jalan terus terus jalaaan sampe gatau targetku tercapai. 

     Alhamdulillah, I did it anyway, semua pengalaman aku menyelesaikan skripsi akan menjadi pengalaman berharga yang jelas bakalan ada manfaatnya buat aku dan akan aku ceritakan juga sama anak-anakku besok. It wasn't a perfect skripsi tho, tapi setidaknya aku harap ada fungsinya tidak hanya buat aku tapi juga buat orang lain. 

Sunday, August 7, 2022

SIDANG

      Weits, tidak ada waktu bersantai-santai sepulang dari Jakarta, karena kamu harus segera SIDANG. Jadi gini ceritanya, aku memang dari sebelum berangkat ke Jakarta (around tanggal 10 Juli) udah menyelesaikan semua revisi terakhir skripsi dan administrasi menjelang sidang, seperti lembar persetujuan ujian dan bebas teori. Aku belum whatsapp kaprodi karena aku baru selesai semua hari Kamis (14 Juli) dan malemnya aku berangkat ke Jakarta. Kebetulan juga acara keluarga itu tanggal 16 Juli, jadi aku selesaiin aja urusan keluarga. Hari Rabu (20 Juli) aku baru whatsapp kaprodi lagi, karena bebas teori dan administrasi sebelum sidang baru aku selesaiin hari Senin-Selasa, dan setelah aku whatsapp kaprodi aku, aku langsung dapet jadwal, yaitu 28 Juli, seminggu dari aku whatsapp beliau. Seminggu, posisinya aku masih di Jakarta, beliau (kaprodi ku juga penguji utamaku) dan dosbingku minta hardfile, rada sport jantung. Akhirnya tanggal 21 Juli sore, aku pulang ke Jogja, sampe Jogja 22 Juli jam 1 malam, dan jam 9 paginya aku langsung print skripsiku dua eksemplar dan aku kasih ke dosen penguji utama dan dosbingku, kalau dosen penguji dua (sekretaris) bisa di email. 

     Sebuah kebetulan yang keren, aku sidang bareng sama temen aku SMP yang menjadi sahabat satu prodi dari sahabatku SMA, yang prodinya masih satu jurusan sama aku, bingung nggak? wkwk, sebut saja namanya Dina. Akhirnya aku ngerjain presentasi dan belajar bareng sama Dina, alhamdulillah presentasi sehari jadi. 

     A news came, hari Selasa, 26 Juli, kalau sidangku harus diundur satu hari jadi hari Jumat, 29 Juli, dengan alasan dosbing dan penguji utamaku ada acara di kampus yang tidak bisa diwakilkan. Aku sedikit nge-down, jujur, karena deg-degan nya juga harus diundur dong WKWKWKWKWK. Tapi gapapa aku legowo, jadi yang harusnya hari H sidang, aku siangnya ke rumah Dina, habis itu aku belajar sama temenku di cafe sampe around jam 10 malem, dan aku tidur aja dah pokoknya, tanpa overthinking, tanpa beban, karena aku memang belum merasa deg-degan. Apa aja sih yang aku pelajari? welp, isi udah jelas. Menurutku paling dasar sebenarnya adalah kamu harus tau banget betul betul dari setiap bab yang kamu bahas itu ngomongin apa, jadi di H-sekian kamu harusnya belajar di luar materi utama dari skripsi kamu. So, aku belajar:
1. Metode, jadi tentu aja aku menggunakan metode historiografi, tapi disini spesifiknya aku menggunakan metode historiografi-nya Gottschalk, dan bukan punya Kuntowijoyo. Nah, kenapa aku memilih menggunakan ini, dan bagaimana proses aku mulai dari heuristik, kritik, interpretasi sampai pada penulisan itu gimana harus didasarkan teori Gottschalk dong biar konsisten. Aku belajar disitu.
2. Pendekatan, aku menggunakan dua pendekatan, yaitu Evolusi Multilinear dan Komunikasi Massa, alasannya dan implementasinya dalam penelitian ini apa, itu yang aku pelajari dan aku coba reasoning kenapa enggak dengan pendekatan lain yang mungkin masuk atau serupa. Inipun juga berkali-kali dibahas sama dosbingku.
3. Isi di luar periodesasi yang aku ambil, jadi aku penelitian tahun 1965-2002, jadi aku belajar diluar itu. Misal, sebelum tahun 1965 kondisi objek yang aku teliti seperti apa, kemudian setelah 2002 seperti apa. Ini tricky, tapi tidak buat aku, karena aku sengaja ngambil setelah 1965 untuk menghindari bahasan politik, jadi aku punya banyak hal dalam otakku apa yang terjadi sebelum 1965 terhadap objek penelitianku.
4. Undang-undang, ada banyak undang-undang yang aku tulis di skripsku, seperti radiowet, UU penyiaran tahun 1977 dan 1999. Meskipun aku tidak mengambil pendekatan politik, ini perlu sedikit disinggung karena hubungannya sama dampak, jadi ada sebab ada akibat, nah sebabnya kenapa sih bisa jadi seperti ini, aku belajar beberapa pasal yang berubah dan apa akibatnya buat objek penelitianku.
5. Presentasiku sendiri, yep, jangan sampe presentasiku beda sama skripsiku, apalagi JANGAN nambah argumen, dan mulutku juga harus sesuai sama slide presentasiku.
Cerita soal kenapa aku ambil judul ini buat skripsiku udah aku sedikit jelasin di postingan sempro jadi soal prosesnya akan aku jelasin di postingan selanjutnya yang khusus buat curhat ya, wkwk.

     Deg-degan nya baru hari H pagi subuh. Aku sebenernya udah siap-siap aja sama semua materiku, aku belajar mengenai teori dan pendekatan yang aku gunakan, aku juga belajar timeline di luar timeline yang aku ambil di skripsi, aku belajar hal-hal lain diluar isi skripsiku. Karena gini:
1. Dosen penguji utamaku itu hidup di masa timeline skripsiku, dan aku yakin beliau juga adalah salah satu pendengar dari kajian skripsiku. Beliau pasti lebih tau tokoh-tokoh dan dinamika apa yang terjadi pada masa itu.
2. Dosen sekretaris pengujiku adalah lulusan PhD Belanda. Pertanyaannya pasti kritis dan beliau bukan orang Jawa, tidak lahir dan dibesarkan di Jawa, jadi pertanyaannya akan di luar dari skripsiku, teori, misal.

     Alhamdulillah sih sebenernya aku bisa melalui semua ini, dengan aturan: YANG PENTING KALO ADA PERTANYAAN DIJAWAB SEBAIK MUNGKIN. Ini bener-bener dah kaya debat di dalam room, but thank God I through. Adapun revisi aku:
1. Kebanyakan adalah menyangkut pedoman, misal spacing-nya harusnya segini, ini harus mepet kiri dan segala macem, ini PR banget sih buat aku.
2. Detail soal transformasi budaya dari ketoprak panggung ke ketoprak radio, jelasin lebih dalam kenapa ketoprak bisa disebut sebagai kebudayaan rakyat (tentu aja ini dari dosen sekretaris, aku sudah menduga).
3. Kenapa harus ngambil awal tahun segini dan berakhir di tahun segini, berikan alasan spesifik banget pokoknya.
4. Lebih mendetail mengenai grup-grup yang ada sebelum tahun 1965 dan pada tahun 1965-2002.
5. Ketoprak RRI sampai sekarang masih ada dan masih eksis, sehingga argumen kalau menurun audiensnya itu harus disertai fakta data, kalau tidak ada jangan dicantumkan argumen seperti itu.

     Aku lalu diberikan waktu revisi 2 minggu, tapi bukan Amaranggana namanya kalau tidak ngebut. Akhirnya aku selesaiin revisiku 1 minggu persis, dan aku segera nyusun jurnal dan ngurus berkas yudisium. Ada banyak hal yang i wished i knew sebelum aku sidang, atau dalam penyusunan skripsi itself. Tapi kayaknya bakalan aku ceritain di postingan lain yaa! Huge thanks buat semua orang yang sudah mendukung, mendoakan dan bahkan hadir saat sidang aku, lemah teles, Gusti sing bakal bales.


Amaranggana Ratih Mradipta, S.S.


people who read my blog

search here?

Amaranggana Ratih Mradipta. Powered by Blogger.