Sooooo, like what I've mentioned somewhere in my post about joining student exchange (virtually), yea, I WENT TO TAIWAN (virtually). So here's the full story of theeeeet.
One time, ketua HIMA aku share informasi mengenai pertukaran pelajar secara daring di grup angkatan, ada yang dalam negeri (PERMATA), dan luar negeri (ICT), tapi yang paling awal itu yang PERMATA, programnya KEMENDIKBUD. Aku memang tertarik dari awal mau join PERMATA, karena lumayan lah bisa main main ke kampus lain, meskipun virtually, tapi siapa tau dapet temen. Ada beberapa temen yang kemudian nge whatsapp aku, including ketua HIMA aku ini, nanya aku jadi ikut apa engga, I'm not so sure either, soalnya jadwal semester lima kemaren hella hectic. Beberapa hari kemudian, dosenku (yang juga kepala program studi) share lagi informasi mengenai PERMATA dan ICT di salah satu grup whatsapp mata kuliah aku, dan di forward juga di grup angkatan sama ketua HIMA aku. Terus, ketua HIMA aku ini persuasi aku buat ikut yang ICT aja, mempertimbangkan aku ada plus nya di bahasa Inggris (a.k.a. nilai toefl), soalnya dia juga mau ikut PERMATA, biar ngurangin saingan maksudnya. Padahal aku jelas kalah kalo dibandinginnya pake IPK.
So, I decided buat langsung ikut aja yang ICT, dosenku yang lain juga nge whatsapp aku nawarin aku buat jadi perwakilan jurusan (sekaligus fakultas) buat ikut yang ICT, yaudah deh, I have no other choice. Aku siapin berkas-berkasnya, mulai dari bukti lulus protefl dengan nilai sekian, fotokopi ktm, dan sebagainya lah, termasuk IPK. Aku awalnya udah insecure soal IPK, walaupun aku cumlaude juga, tapi kalo diseleksi sama fakultas......ya.....intinya insecure, soalnya cuman diambil satu per fakultas. Udah deh, itu mepet banget, kayak cuman....dua atau tiga hari setelahnya itu adalah deadline pengumpulan berkas, makasih banget. Setelah aku kirim semua berkas lewat email, aku tiba-tiba di video call sama pihak fakultas dan diwawancara secara mendadak, intinya gitu, terus aku hari Senin, atau tiga hari setelahnya, aku ke rektorat buat wawancara beneran.
Aku udah semakin-makin insecure-nya di rektorat, I know my rival, at least dari fakultasku, namanya Savira (shoutout, love u babe!) anak ilmu komunikasi, anak debating, jadi yaudalah aku udah pasti kalah banget. And yeah, waktu pengumuman, aku dinyatakan tidak diterima, karena bener-bener cuman satu aja per fakultas. I'm not even disappointed, karena itu tadi, I know my rival, dan dia pasti menang, udah gitu aja. So I just, move on, easily.
BBBBBBBBBUT....
Around five days or a week later, muncul pengumuman lagi yang kedua (jadi bedanya di skema dana, yang pertama dari KEMENDIKBUD, yang kedua ini dari kampus) dan aku lolos. I was so happy, but yet, kinda scared karena ini gimana---aku anaknya cukup gaptek, kalo online prosedurnya kaya gimana. But thanks to mba Tiara dan team KUIK UNY yang cukup menjelaskan dengan baik prosedurnya gimana, walau bukan ke software nya (MsTeams, makasih, susah banget), tapi overall cukup tercerahkan lah aku lah.
Jadi aku mengikuti dua mata kuliah, yang dua-duanya juga nggak ada sangkutpautnya sama sejarah. Mata kuliah yang pertama dalah Topics in English and Globalization, yang membahas bagaimana sejarah dari bahasa Inggris, bagaimana bahasa Inggris berkembang kemudian menjadi lingua franca, dan bagaimana bahasa Inggris kemudian berkembang di 'lidah' non native speakers, utamanya di SE Asia dan di East Asia. Disini, aku cuman sama satu anak UMY, jurusan IPIREL (international program of international relations, a.k.a. mantan calon jurusan aku), namanya Salma---shoutout to her, she is shooo wholesome, dan dia lucu banget. Kinda wish I could met her sometimes, karena aku pikir rumah dia di Jakarta ternyata cuman di Klaten.
Dosen kita juga wholesome banget, namanya Mr. Chuang, gatau mungkin karena kelasnya aja yang sedikit jadi lebih intimate gitu, atau emang orangnya aja yang suka cerita. Beliau punya banyak banget experience dan pernah ke seluruh dunia, including Indonesia, intinya sukakk banget aku sama beliau.
Mata kuliah yang kedua namanya Multiculturalism and Global Perspective, ini lebih kepada---ya multiculturalism, jadi makulnya isinya presentasi negara-negara lain. Ada India, Philippines, Gambia, UK, banyak deh. Disini aku barengan sama Devi sama Zenni, dari sasing, dan kayak....70 mahasiswa lain, banyak banget ini kelas besar pol.
Overall, aku emang bener bener jadwalnya padet banget semester lima, utamanya hari Selasa, mana ini dua-duanya hari Selasa, jadi aku......lima makul deh hari Selasa, die. Sebenernya proses belajarnya aku fine fine aja, tugasnya juga fine, cuman uas sama uts yang di makul multiculturalism itu yang rada sinting sih. Sama masalah ngatur waktu aku di hari Selasa itu, jadi hari Selasa gini nih jadwalku:
8.10 - 11.00
Topics in English and Globalization
9.00 - 11.00
History of Southeast Asia (Mr. Husiin UM)
Dosen pun exchange dari Malaysia
11.00 - 12.50
History of Europe
12.10 - 14.00
Multiculturalism and Global Perspective
13.00 - 14.40
History of East Asia
14.50 - 17.20
History of West Asia
Bagaimana tidak njebluk otak dan laptop serta hapeku setiap hari Selasa, mana ketambahan sejarah Asia Tenggara sama dosen exchange. Struggle banget setiap hari Selasa, dan aku bener-bener menjauhkan diriku dari segala hal yang memiliki potensi membuat mood-ku goyah setiap hari Selasa, jadi aku ndekem di rumah biasanya kalo hari Selasa.
But it was really a pleasure, a good memory, good learning process for me. Pertama kalinya dapet exchange dengan skema daring dan segala sambatannya. SHOUTOUT buat anak-anak ICT 2020 yang insecure pas diseminasi dengerin yang lain berangkat ke Jerman, Singapore, Malaysia (tapi habis itu langsung lockdown).
0 komentar:
Post a Comment