Wednesday, August 22, 2018

Woy maba!

    Well hello!
    Setelah sekian lama nggak ngepost, berbagai wacana tentang next post next post embahmu, hehe. Kali ini bakalan beneran deh ngepos, karena lagi selo selama seminggu kedepan, baru mulai kampus tanggal 3, jadi yea y nut.
    Maba
    Hahaha
    Maba manakah aku?
    Setelah sekian materi, sekian matematika dasar dan verbal, akhirnya aku memilih jurusan yang bahkan nggak pernah terpikir dalam benakku sebelumnya. Ilmu Sejarah.
    Kenapa Sejarah?
    Welp, karena HI ketinggian pak.
    Enggak sih, basically, aku suka HI karena HI mencakup beberapa mata pelajaran yang aku suka, kayak bahasa inggris, kajian regional, geografi, and yup, sejarah. Selain itu, sejarah juga ilmu yang sangat fleksibel dan bisa mencakup berbagai ruang keilmuan. Kedokteran punya sejarah, hukum punya sejarah, kajian geografi punya sejarah, dan sebagian besar bahasan kajian regional kalo nggak tentang sos-pol negara tersebut, pasti tentang sejarahnya.
    Pertanyaan kedua, dimana aku kuliah?
    UNY, Universitas Negeri Yogyakarta, IKIP bahasa retronya.
    Loh berarti jadi guru ya?
    Sejak kapan minat jadi guru?
    Woy kaga cocok jadi guru woy!
    Kalem, aku ngambilnya Ilmu, bukan Pendidikan. Jadi kalo di UNY, di FIS (Fakultas Ilmu Sosial) itu khusus jurusan Sejarah, punya dua prodi, yaitu ilmu dan pendidikan. Bedanya cukup jelas kan? Kalo pendidikan jadi tenaga pengajar, kalo ilmu ya jadi ilmuwan sejarah, peneliti sejarah, dan kajian yang lebih berat luas lagi tentang sejarah.
    Keterima lewat jalur mana?
    SBMPTN, pilihan terakhir. Aku sempet down dan nggak tau antara mau seneng atau sedih aku keterima di pilihan ketiga. Tapi karena pilihan keduaku juga sejarah (UGM), jadi aku nggak terlalu nyesel di pilihan terakhir, toh aku juga suka prodinya. Dan emang bener kata seniorku dari fakultas sebelah, Mas Alin, kalo udah kenal lingkungannya pasti nyaman sendiri, dan yep, aku sempet berpikiran nggak bakalan coba HI lagi tahun depan.
    Udah ospek? Keras ga?
    UDAH DOONG! Woy asik banget sih ospeknya, parah, pecah, gila, rela banget berangkat dari rumah ba'da subuh pulang maghrib buat PKKMB lagi. Asik, beneran, asik banget. I'll leave the story on next post.
    Katingnya ganteng ganteng nggak?
    Weeeeeelp
    Ketua BEM FIS kece banget, kembar lagi, Tuhan Maha Adil(:
    Dosen killer?
    Belom tau sih, kan kuliahnya masih September, tunggu aja.
    Eeyyyooo jadi segitu dulu intro dari maba sejarah ini, semata-mata mengisi kehampaan otak akhirnya nulis lagi.
    Danke!
    Tchüss~

Wednesday, June 27, 2018

Hi, hello people!

    Sebenernya ada banyak banget draft  yang mau aku post, tapi selama bulan Ramadan kemaren aku banyak acara juga. Sebelum Ramadan aku ke Cirebon 4 hari, sebelum ke Cirebon pas aku habis dari prom night dan wisuda dan segala macemnya. Nggak sih, alibi, ha.
    It's just, sekarang blog sudah digantikan oleh vlog yang jauh lebih interaktif and even dari beberapa penelitian membuktikan bahwa mayoritas manusia cenderung menyukai hiburan yang bersifat audiovisual---audio + visual, suara dan gambar---jadi itulah kenapa blog tergantikan oleh vlog. Visitors yang sebulan bisa 100, sekarang  cuma 50 atau 30. Mungkin akunya aja yang jarang update, but seriously, temen temen aku yang sering update pun juga ngeluh kalo visitors mereka turun.
    But, I write for my own pleasure, jadi, I'll keep on posting. I promise to myself kalo aku bakalan lebih produktif in every aspects of my life (what a positive side of me that I am myself amazed).
    Danke!
    Tchüss~

Sunday, June 10, 2018

Graduating🎓

    Graduating from high school, finally, I've done a thing that I watched too much on movies and series, like Glee and HSM (High School Musical, if you are just born). Also, yes, I wore that robe, that black robe and that iconic hat. Also, yes, I performed for my own graduation like a queen says goodbye, exactly like how graduation would likely to happen in series or movies.
    I never really become that kid who just wanted to graduate because school is boring, I thought I would be like that. Considering I went to Islamic school, which you doubled the schedule plus Islamic schedules like Quran Hadith, Fiqih, Islamic History, Aqidah, AND ARABIC, NA'AM, AL LUGHOTH AL ARRABIYA. In fact, I was the opposite, not really that smartass, golden kid or whatsoever, I just, enjoyed the whole situation, from chem to math and world's history. My friends are....cool? I suppose, and there are multi-ethnic, multi-languange and multi-background. I thought in this Islamic school, I wouldn't befriended with "diversity", I was wrong. I am lucky to befriended with people from Lampung, Bengkulu, Banjar, Wonosobo, even one of them attended middle school in Papua, it really opens my eyes tho. And they were not only from pesantren, or continued from MtSN to MAN, literally, they were from EVERYWHERE. I am also lucky that I joined Tonti and Science Olympiad (Geography (then went to Regional)), I got new families, especially my family in Tonti, they are REAL family. Also my competition journey from English debating, English speech, English story writing, science olympiad and till the very last, Kemenag International Islamic Education Exhibition for the orchestra team. I cannot tell how much I cherish every chances that came to me and I am glad I took it all, even I knew my sacrifaction would be many too.
    I would gladly say that my high school experience was as good as series and movies that I watched. It went 70% like how I planned it to be. I just wish that my high school friends are also stay forever. Here are my reasons to survive high school:














Friday, June 1, 2018

Escape

    When you're stuck in a static activity, you need an escape to refresh your mind.
    When you're stuck in your own problems, you need an escape to refresh your mind.
    When you're down and drown in sorrow, you need an escape to refresh your mind.
    When you're stress with your works, you need an escape to refresh your mind.
    But when you're back from your escape,
    things are same.

Thursday, May 24, 2018

A violin player

    Once I saw a violin player on Glee, and some orchestra show, I think they're elegant for both women and men. But I never decided at least to try playing it, I decided to learn guitar and keyboard. But just by some practice, I enjoyed guitar more than keyboard, so I stop learning keyboard. Kesempatan bermain biola itu nggak pernah sampai kepadaku, tapi aku tetep suka liat adek-adek kelas di SMP yang bisa main biola. Until that one chance, one golden chance. Bulan Juni 2017 akhir, aku ditawarin temen untuk ikut latian biola sebagai orkestra di acara (yang aku tau waktu itu) acara nasional. I thought, gila apa? Basic aja nggak bisa, ini suruh latian buat acara nasional bulan November? Aku bahkan nggak punya biola, dan aku nggak yakin buat nabung and bought one, it's more expensive than a guitar I bought 5 years ago. Akhirnya aku coba cari pinjeman biola dan ketemu sama temen SD-ku.
    It was a serious journey bisa bermain biola sampai saat ini. Aku (yang emang sukanya) merasa terintimidasi ada ditengah-tengah tim orkes biola lain di sekolahku, karena aku merasa bodoh banget. The hell they said nggak bisa, nggak mahir, jarang pegang, lah ini aku PERDANA banget pegang, I know nothing (just like Jon Snow, kiew~). But they trust me and I trust them, so I continue to find ANY WAY to enhance my playing like a pro, or at least, pretend to be like a pro. I spent all day all night to figure out do = C, do = D, do = A, do = E by myself, I don't want to look dumb if I asked. Aku sempet menyerah karena aku nggak enjoy ditengah embel embel "acara nasional" ini, I had a crisis dan aku kembali main gitar. But then I saw another orchestra show (it was Erwin Gutawa Orchestra, shoutout) I had my spirit back.
    Sampai akhirnya kita ini dipertemukan yang jauh lebih pro, seperangkat orkestra dari ISI Yogyakarta, I felt like a peanut in the middle of pearls and diamonds. The way they play, the way they move their knuckles to reach the melody was UNBELIEVABLE, aku nggak jadi terintimidasi lagi, aku bersemangat, I WANT that, and I want it NOW. One thing that my friends and my couch said about me "being professionally" play violin adalah karena aku secara nggak sadar gerak gerakin badan (macam orang tahlilan) ngikutin arah bow-ku, jadi kalo up aku ke kiri, kalo down aku ke kanan, welp, I did that tiap main gitar juga, so. Dan pada akhirnya aku bisa main biola untuk acara (ternyata) internasional, Kemenag Pendis Expo 2017 di ICE BSD Tangerang. It was 15 lagu, dengan latihan kotor 2 bulan dan karantina seminggu di Tangerang. I feel honoured, dan sekaligus nggak menyangka bahwa aku waktu itu berada di posisi yang aku biasanya kagumi kalo liat pagelaran orkestra, a violin player.
    I'm not saying kalo aku sudah mahir, ya enggak lah orang selama ini latihan target, bukan latihan untuk jadi mahir. Tapi aku SANGAT beruntung I finally got a chance to be a violin player (and I didn't waste it) untuk acara internasional tadi, dan untuk acara wisuda purna angkatanku. It feels amazing to become the person I always admire on TV, tapi aku belum tau selanjutnya aku mau terusin main biola atau enggak. Mungkin belum, untuk saat ini, aku lebih fokus di bidang bahasa (Deutsch, ehkhem), but I'm looking forward if my future daughter has the same ambition as her mom. The thing is, just, never say "impossible" to anything that you haven't try out yet, beside, you will never know if you never try, and guarantee you'll regret it if you waste your chance. Being a violin player WAS impossible to me, but I managed to learn and just keep learning until I can, and I can.
    This might be my achievement in high school. Aku biasanya punya achievement yang akan aku capai di setiap jenjang pendidikan, dulu waktu SD aku pingin fluent bahasa Inggris, waktu SMP main gitar, dan SMA, main biola. Damn, I almost get to the end of my high school life. Anyway, I'll be graduating on May 3rd, doakan semua lancar, dan ya, I'll be a violin player once again for my graduation.
Danke!
Tchüss~

Sunday, April 22, 2018

What social media means to me

    So, Imma share to you how's my life after I quit social media for a month. It's actually the thing that I really wanted to do since a long time ago. And I'm not a social media junkie, I don't really like to scrolling over Instagram timeline and stories for the rest of my day, and I don't update my story too often. I also don't really like to whinning around or be wise so sudden in my Twitter timeline. I can survive a week without logging into my Instagram account. So, quitting social media for a month is easy-peasy for me.
    Jadi sekitar sebulan sebelum UNBK sama UAMBN, I uninstalled Instagram, Line (I switched to Line Lite), Twitter and Tumblr. Actually for many reasons; 1). I don't want to be distracted by social medias on my phone while I use my phone for good, 2). For the sake of my data and money, 3). For the sake of my storage after I downloaded The Sims Freeplay (cheat mod, HA). And I have no idea how much it changes my life. I'm not even lying or advertising any eye health products or campaign for #antiantisocial. Even after UNBK aku belum install Intagram lagi, jadi aku pinjem hape temenku or my boyfriend's buat bikin story atau scrolling aja liat-liat "mau lulus" themed posts on my timeline.
    Efek yang aku rasain, yang pertama adalah aku bisa enjoy my time with my friends and family, without social medias on my phone then I have no reason not to listen to them. Second, I can be more productive, I realized that scrolling over any timeline can be very addictive, I must say. Without any social medias on my phone then, again, I have no reason to be lazy in my bed again. Third, I can really.....DO something, you know? Jadi nggak cuman campaign di social media, atau favoritku signing di change.org, tapi beneran terjun di masyarakat, donating to orphanage. And fourth, nggak tau, rasanya itu lebih less-stressful gitu. Maybe it's just me overthinking, tapi dengan (mungkin) nggak melihat sesuatu yang nggak seharusnya kamu liat (misal gebetan kamu jalan sama orang lain) bisa bikin kamu nggak---mikir aneh??? if that makes sense, soalnya kalo kata Tame Impala "The Less I Know the Better". Jadi dengan kamu nggak liat gebetan kamu story sama orang lain, kamu nggak harus nangis, or sorrowing or making it rain---if that makes sense---Yang terakhir yang paling membantu adalah mengurangi, bahkan aku sekarang jarang banget insomnia. Biasanya kan aku scrolling Twitter sampe tengah malem, akhirnya kelewatan terus insomia deh.
    Sampe sekarang, even I installed Instagram back again, but I always logged out. And, with installing Line Lite it can actually save your data (iya soalnya nggak ada timeline, can't access vote, albums and stickers. Kalo Line bukan preffered social media kamu, this would be the best app). I still haven't install Tumblr and Twitter back, cz, lama-kelamaan aku jadi terbiasa gitu. This is a very positive thing for me, and I think I would continue doing this. But I'm not 100% quitting, ya? Jangan salah masuk, lebih ke reducing social media usage. Suka khilaf? Suka, malem malem kalo lagi insom, atau tidur tanggung gini---antara udah jam 12 tapi jam 3 sahur---biasanya buka Twitter terus scrolling Cole Sprouse atau Dave Franco lahya.
    So this is my very own story reducing the usage of my social medias, and it has very good feedback for myself, especially for my insomnia problem. I recommend this habit for you guys who suffer with insomnia. And for those of you guys yang merasa udah keterlaluan make social medias, and really wanted to just.....chill-lah makenya, nggak setiap 2 jam update story.
Danke!
Tchüss~

Wednesday, April 18, 2018

My wisdom tooth, is not that wise

    Udah sejak hari Minggu sebelum UN (8 April 2018), rahang bawah sebelah kiri aku agak bermasalah buat ngunyah atau kalo aku mangap lebar. I thought aku salah bantal, jadi ya udah aku diemin aja, tapi ternyata sampe hari Senin dan malemnya pas belajar matematika, mashallah, lemes banget aku. I got so many tensions in my neck, migrain and it was REALLY hard to eat, karena waktu aku ngunyah nyeri banget. Apalagi besoknya matematika, ya Allah harus gimana coba, apalagi aku sesi kedua, kalo sesi terakhir okelah aku masih bisa nyelesaiin soal soal pas pagi. Akhirnya setelah aku bangun dari tidur siang, aku langsung minta Bunda nemenin ke klinik deket rumah. Aku udah deg-deg-deg aja waktu tau tau dipanggil ke poli gigi. Trus dokternya ngecek mulut aku yang cuman bisa mangap sedikit, ngutak-atik gigiku, dan yeap, setelah aku sadar ternyata bukan rahang penyebabnya, tapi gigi geraham ketiga, atau geraham bungsu biang keroknya. Kata dokternya, mungkin ada geraham bungsu yang mau tumbuh tapi nggak ada tempat di rahangku lagi (namanya impaksi, setelah aku search) dan malah nyundul geraham depannya jadi bikin nyeri sampe migrain, which is completely okay dan cukup biasa terjadi di usia 18 keatas.
    What makes this pain even more hardcore adalah ketika dokternya bilang kalo habis di rontgen nanti penyebabnya memang beneran gigi itu, maka harus di operasi. OPERASI, bukan dicabut, karena harus pake alat khusus soalnya tempatnya terpencil dan giginya belom tumbuh gitu jadi gusinya yang harus dibedah
Are
You
Kidding
?
Are
You
Kidding
?
    Akhirnya aku dirujuk ke RSGM AMC di depan SMAN 1 Teladan, buat rontgen gigi dan sebelumnya udah dikasih painkiller dulu lah biar aku enggak tersiksa amat waktu belajar. Dan setelah di rontgen

Kalo dilihat itu ada gigi yang di sebelah kanan nongol agak ngawur, that is the problem. Dan kata dokternya kalo udah ada satu gigi geraham bungsu itu, then I potentially have more in my upper jaw as well. Jadi di atas emang juga ada, mungil malu-malu keluar gitu, tapi enggak pernah sakit buat aku. dan tinggal nunggu another daredevil di rahang bawah sebelah kanan. Tapi kayaknya yang di sebelah kanan masih ada banyak tempat dibanding yang di sebelah kiri. And this is the time where I know, that
I
Will
Surely
Have
That
Surgery
Sh--t
Aku belom balik lagi ke kliniknya buat konsultasi hasil rontgen, ntaran ajalah habis UN yang penting minum painkiller-nya dulu dan fokus ke UN nya.
    Tapi aku completely worried about the surgery, so I asked my best friend, Areta, dulu dia pernah operasi gigi juga, tapi aku lupa yang mana dia operasinya. Ternyata dia sama masalahnya kayak aku, persis. Then I asked her how was the surgery, it was actually nothing, but the post-surgery effects was HORRIBLE. Iya aku inget sih dia nggak masuk 3 hari dan waktu itu ulangtahunnya Dinda dia ke Il Mondo pake masker soalnya bengkak parah, dan dia nggak bisa makan es, even air es, atau yang keras keras gitu. I can't even imagine myself in that situation.
    Waktu selesai Bahasa Inggris, aku tanya lah sama temen belakangku, Jeje, dia baru beberapa bulan ini pake behel dan dia udah dicabut LIMA gigi. Dia pernah punya masalah yang sama, tapi alesannya dia dibehel bukan karena geraham bungsu tapi karena di dalem geraham keduanya itu ada gigi lain nyundul, jadi dia operasi dan sekalian aja dibehel buat ngerapihin semuanya. Plus dia ngasih aku tips sebelum operasi, katanya suruh konsumsi vitamin c yang banyak dan kuatin badan dulu sebelum operasi. Ya oke dia mah cowok dia nggak mention masalah kesiapan mental apa yak, hm. Dan dia juga nyaranin operasinya malem aja, biar kalo biusnya udah abis bisa dipake bobok dan nggak sakit deh. Iye aku nurut aja dia yang pengalaman.
    Tapi aku cari cari pros and cons kalo aku nggak operasi, dan ternyata lebih banyak cons-nya. Banyak banget sehingga 85% merekomendasikan buat dicabut, cz kalo enggak nanti pas 30 tahunan keatas malah masalahnya lebih banyak lagi dan yang dicabut bisa lebih banyak pula. Tapi aku belom memutuskan kapan mau operasi, ngumpulin tenaga, pikiran, iman dan keyakinan (cielah), karena bulan ini kan harusnya liburan nih, mana tanggal 27 Infinity War kan? Aku gatau beneran deh mau kapan, bulan depan juga udah wisuda, prom, SBM, banyak lah. Jadi ya kemungkinan justru malah dalam waktu dekat biar nggak mengganggu aktivitasku kedepannya.
    So, wish me luck for my future surgery tho (if I will really have one)
Danke!
Tchüss~

people who read my blog

search here?

Amaranggana Ratih Mradipta. Powered by Blogger.