Monday, May 10, 2021

[movie review] tier #2 psychological horror movies

FINALLY, I am able to watch all psychological horror movies that the internet has recommend me. Ada empat film psychological horror yang aku bisa rekomendasikan dan berada di tier kedua (top tier coming up soon). Film pertama adalah Black Swan (2010), Neon Demon (2016) dan The Perfection (2018). Let’s jump right in.

 

BLACK SWAN (2010)


            Starring Natalie Portman and Mila Kunis, I couldn’t ask for more. Black Swan mengisahkan tentang penari ballet bernama Nina, yang dia masuk sebuah sekolah ballet prestigious, dan dia mau main Swan Lake. Pelatihnya, Thomas Leroy, bilang dia ‘cantik’ tapi tidak cukup untuk menjadi Swan Lake, karena Leroy hanya melihat Nina sebagai white swan aja, nggak bisa jadi black swan. Pada akhirnya Leroy coba buat ‘menggoda’ (in a very sexual way) Nina, tapi Nina jelas nolak. Tapi tetep aja, Nina adalah yang terbaik di sekolahnya pada saat itu, dan dia adalah kandidat besar jadi pemeran utama di Swan Lake, Swan Queen. Nina sendiri juga keeps pushing herself to be as perfect as possible. And indeed she became the Swan Queen.

            Tapi, one time ada penari lain namanya Lily, yang lebih cantik, lebih friendly dan lebih sensual. Leroy mulai menunjukkan ketertarikannya sama Lily, dan ini membuat Nina merasa sangat terancam posisinya. One night, Leroy memperkenalkan Nina ke sebuah pesta gitu, memperkenalkan Nina sebagai Swan Queen. Ada seorang penari senior, namanya Beth, yang cemburu karena dia bukan lagi jadi pilihannya Leroy. Beth nemuin Nina dan nuduh dia ‘memuaskan’ Leroy supaya jadi Swan Queen, dan Beth nusuk-nusuk sendiri mukanya pake kikir kuku, shit, I know. Pengumuman Beth masuk rumah sakit karena kejadian ini bikin sekolah ballet tempat Nina berada sedikit gaduh, Leroy juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap kejadian si Beth ini.

            Setelah ketemu Beth, dan terus menerus latihan intens, Nina jadi kacau. Lily datang ke Nina dan mencoba menenangkan Nina, tapi Nina terus-terusan melihat Lily sebagai saingan. One night, Lily ngajak Nina keluar ke diskotik gitu, surprisingly Nina mau, dan disana mereka ‘have fun’ setelah Lily masukin obat ke minuman Nina. Lily nganterin Nina pulang dan mereka ‘bercinta’ di kamarnya Nina. Nina bangun kesiangan, dan dia sadar dia harus latihan. Ketika dia sampai di tempat latihan, dia ngeliat Lily latihan bagiannya Nina, dan disana ada Leroy, Leroy cukup impressed dengan penampilan Lily. Lily nemuin Nina dan Nina sadar kalau semalem sama Lily itu cuman mimpi, fantasinya Nina aja. Nina makin fucked up.

            Pementasan udah deket banget, dan Nina malah makin kacau. Dia mulai halusinasi punggungnya tumbuh bulu hitam, dan semua lukisan di rumahnya jadi hidup, dia bahkan nyakitin ibunya sendiri. Ketika gladi resik, Nina masih berusaha semaksimal mungkin, tapi gambaran halusinasinya makin kuat dan dia terus membayangkan Lily di posisinya. Leroy pun merasa Nina nggak maksimal malam itu, dan dia meminta Nina pulang aja dan istirahat, Nina khawatir banget kalau bakal digantiin sama Lily. Keesokan harinya bener aja dia bangun kesiangan dan langsung berangkat ke sekolah balletnya. Disana Nina udah liat Lily pake kostum Swan Queen, Lily sendiri protes kenapa Nina tetep dateng. Akhirnya Leroy masuk ke ruangannya Nina, dan coba jelasin kalau perannya dia udah diganti Lily, Nina ngeyel, yaudah.

            Begitu Nina mau ganti dari white swan ke black swan, di ruangannya udah ada Lily. Disini absurd banget, dimana kemudian Lily berubah jadi Nina, begitu Nina nusuk.....dirinya sendiri pake kaca, berubah lagi jadi Lily, dan badannya Lily disembunyikan di kamar mandi ruang gantinya. Setelah Nina ganti lagi jadi white swan, tiba-tiba Lily dateng ke ruangannya dan, intinya memuji performa nya Nina. Nina kaget banget lah, dia langsung ngecek kamar mandinya dan gaada siapa-siapa. Nina baru sadar kalo dia nusuk dirinya sendiri. Begitu Nina main last act-nya, dia jatuh dan semua orang applause, disitu perutnya Nina udah berdarah-darah. Crazy, indeed. That’s why I would rate this movie 8/10, just like IMDB did. Karena memang sebagus itu.

            Plotnya pas, nggak cepet nggak lambat banget, perkenalan sama Lily, sama Beth, dan Leroy, perannya dalam plot dan dalam kehidupan Nina. Simbol-simbol yang ada di dalam film ini juga oke banget buat menambah suasana film ini. Pilihan warna baju-bajunya Nina dari awal film, dia masih pakai warna putih, menandakan dia masih innocent dan masih menjadi white swan. Terus dimana Lily ngasih Nina baju wana hitam di diskotik sebagai baju ganti, menunjukkan kalau Lily mencoba membuka ‘sesuatu yang gelap’ di dalam diri Nina. Bajunya Nina terus berubah jadi abu-abu, sampai hitam, menandakan kalau Nina sampai di final act Swan Lake dan final act hidupnya sendiri sudah mengeksplor sisi gelap dirinya sendiri. Gambaran-gambaran cermin di film ini juga menandakan bahwa Nina terus melihat dirinya sendiri dan terus ‘mengoreksi’ dirinya untuk jadi sempurna.

            Gambaran bagaimana Nina terus-terusan dihantui pikirannya setelah dia di-casting jadi Swan Queen, dan ketakutannya dia untuk harus selalu sempurna di mata Leroy, ditambah harus ada ‘ancaman’ si Lily, padahal Lily ini selama ini nggak pernah berusaha mengambil posisinya Nina, selama ini itu cuman halusinasinya Nina. Jelas banget disini pesannya kalau kadang ketika terlalu fokus untuk jadi sempurna, pada akhirnya kita enggak akan fokus kepada diri kita sendiri, tapi fokus ke bagaimana jangan ada yang sampai mengganggu diri kita untuk jadi sempurna, that’s the mistake, that we’ve been doing. Gambaran-gambaran gimana Nina menjalani masalah ini itu seolah-olah kita dibawa jadi Nina juga emosinya. Overall this movie is really really dope.

 

NEON DEMON (2016)

     Neon Demon adalah film yang sempurna untuk memberikan penggambaran yang sempurna terhadap industri fashion, dan bagaimana persaingan antar model dan bagaimana model-model tersebut mempertahankan posisinya. Disini, Jesse, 16 tahun, pindah dari Georgia ke Los Angeles untuk memulai karirnya sebagai model berbekal portofolionya yang amatiran difotoin sama pacarnya, Dean. Somehow, Jesse ketemu sama Ruby di sesi pemotretan sama pacarnya, dan disitu Ruby udah enchanted sama Jesse. Jesse kemudian dibawa ke suatu party dan ketemu sama Gigi dan Sarah, dua model profesional. Gigi sangat mengagumi kecantikan alami Jesse, sedangkan dia ini adalah gambaran model yang sudah melalui berbagai prosedur, cantik tapi palsu. Disisi lain Sarah adalah tipikal model biasa, cantik, dan udah.

            Sebenernya hidden plot disini adalah, Ruby, Sarah dan Gigi melakukan suatu ritual dalam mitologi Pagan, dengan Ruby sebagai pemeran utamanya. Dimulai ketika mereka bawa Jesse ke party tadi itu, dan disitu Jesse sudah mulai mengeksplor hal lain dalam dirinya. Setelah itu, Jesse dan Dean having some conversation, dimana Jesse bilang dia biasanya ngeliat langit and all, disini ritualnya dimulai, Jesse ‘menyerahkan’ dirinya ke bulan. Ketika Jesse balik ke motel dan random banget di kamarnya ada semacam singa betina. Keesokan harinya, Jesse pemotretan dengan fotografer ternama, Ruby juga disana jadi make up artist. Fotografer ini tuh nggak mau fotoin model baru, tapi somehow dia mau fotoin Jesse, dan fotografer ini bilang kalau fotonya Jesse bagus dan bakalan direkomendasikan dimasukin ke editorial.

            Selanjutnya, Jesse dan Sarah ada di sebuah ‘seleksi’ runway, ketika Sarah coba runway, designer-nya kayak....biasa aja sama dia, karena mungkin udah biasa dan udah kenal lah. Sedangkan ketika Jesse yang runway, dia berhasil menarik si designer ini. Sarah was so angry and she smashed the mirror in the bathroom, Jesse dateng dan mencoba menenangkan Sarah. Ketika Sarah mulai marah, Jesse mundur dan nggak sengaja kena pecahan kaca, berdarahlah dia, and Sarah tried to drink her blood. Jesse memulai ‘fase’ baru dalam hidupnya, yang juga menjadi acara utama dalam ritual ini, dimana Jesse menutup pagelaran dan dia sudah sepenuhnya di’rasuki’ The Neon Demon. Ada dua kaca di atas kepala Jesse, that project 3 forms of her, (recurring number in Pagan mythology), kemudian ada 3 triangle yang disusun seolah membentuk 4 triangle yang melambangkan 3 itu Ruby, Sarah dan Gigi, ditengahnya Jesse. Lampu berubah menjadi merah dan Jesse mencium bayangannya di kaca menandakan dia sudah mulai menerima seksualitas dan kepercayaan dirinya.

            Setelah runway, Jesse berubah menjadi wanita yang berbeda, dia nggak menghapus makeupnya, dia terlihat lebih dewasa. Disini dia sama pacarnya, Dean, dan ketemu sama designer-nya tadi dan Gigi, designer-nya ini berargumen kalau ‘beauty isn’t everything, it’s the only thing’. Dean nggak setuju sama pemikiran shallow si designer, utamanya terhadap Jesse, tapi Jesse doesn’t give a damn, dan minta Dean pergi. Dean nunggu Jesse di motelnya, dan Dean sadar kalo Jesse berubah, sampai ketika Jesse bilang ‘I don’t wanna be like them, they want to be like me’. Tapi tiba-tiba ada yang berusaha masuk ke kamar Jesse, Jesse ketakutan dan nelpon Ruby, terus dia ke rumah Ruby. Sampe di rumah Ruby, Ruby berusaha buat ‘making out’ sama Jesse, tapi jelas Jesse nggak mau. Merasa ditolak, Ruby melampiaskannya ke mayat (Ruby juga MUA mayat), fucked up banget.

            Di rumahnya Ruby, Jesse eksplorasi dirinya sendiri, dia pake makeup dan pake dress yang bagus, kemudian berdiri di papan kolam renang kosong. Jesse bilang kalau orang-orang starve to death, doing surgery, to make themselves look like second rate version of her. Ketika Jesse masuk rumah lagi, dia dipukul sama Sarah, dan langsung dikejar sama Gigi, sampe mereka jebak Jesse lagi di kolam renang dan Ruby dorong Jesse ke kolam renang kosong itu. There.....they consume her, I mean, really consume her, the ritual is done. Next scene sangat disturbing mungkin untuk beberapa orang karena banyak darah, mereka bertiga mandi darahnya Jesse (setelah mereka makan Jesse). Ritual ini juga pernah dilakukan Erzsebet Bathory, Hungarian Countess, seorang serial killer di abad 16, yang diperkirakan merenggut 650 nyawa, dan dia juga terkenal suka mandi di darah perawan untuk menjaganya tetap muda.

            Scene selanjutnya Sarah nemenin Gigi buat pemotretan sama fotografer ternama di awal tadi, dan dia ketemu model muda, Amber. Tapi ditengah shooting, fotografernya enggak puas sama Amber dan terus pecat Amber, digantiin sama Sarah. Di lokasi, Gigi merasa mual dan harus keluar dari lokasi, ternyata Gigi merasa mual karena dia nggak kuat, Gigi harus ‘mengeluarkan Jesse dari tubuhnya’. Gigi vomits an eyeball (Jesse’s), and cuts herself open in the stomach. Ini mungkin pertama kalinya Gigi melakukan ritual ini, dan dia nggak kuat, tapi Sarah mungkin udah bertahun-tahun melakukan ini, dan cuman diemin Gigi meninggal, dan makan eyeball nya Jesse. What a really intense ending, right? And overall, by the plot, the message, the amazing and insanely hypnotizing visual, I would give this movie a 9/10.

            Seluruh scene, dari awal ngeliat Jesse lehernya berdarah-darah di sofa, dengan Dean yang tatapannya tajam, ternyata photoshoot. Visual party dimana Ruby ngajak Jesse pertama kali, terus visual fotografer profesional yang suruh Jesse lepas bajunya ternyata dimandiin pake glitter emas (udah negative thinking kan). Utamanya visualisasi Jesse di runway, dimana dia bener-bener berubah jadi wanita yang sudah dirasuki Neon Demon. Plot dimana the three coven (Ruby, Sarah, Gigi) harus bunuh dan makan badannya Jesse, sampe Gigi bunuh diri, the whole experience is just.....insane, insane. Nicholas Winding-Refn is insane.

 

THE PERFECTION (2018)


            Some of people find this movie is really empowering, especially on the #MeToo movement, and I just found out why. Film ini bercerita tentang Charlotte, seorang pemain cello profesional yang sekolah di akademi musik prestigious, Bachoff, tapi dia harus keluar karena ibunya sakit. Ketika dia kembali ke Tiongkok, dia sadar ‘posisinya’ sudah digantikan oleh Elizabeth ‘Lizzie’, dimana posternya dipajang di billboard jalanan. Charlotte ke Tiongkok juga dalam rangka ketemu sama gurunya di acara ‘nominasi’ pemilihan bintang baru yang akan sekolah Bachoff Academy ini. Disini Charlotte ketemu Lizzie, dan mereka jadi deket.........deket sampe mereka one night stand. Paginya Charlotte nemenin Lizzie buat jalan ke timur? Kayaknya sih gitu. Disitu Lizzie masih agak hangover, Charlotte kasih obat deh ke Lizzie.

            Di perjalanan, oh my, the next 30 minutes after they got into the bus is very disturbing. Lizzie vomiting worms, shitting bugs and roaches coming out from her hand, ended up with Lizzie cutting out her own right hand, intinya 30 menit gitu. Kemudian tiba-tiba semuanya rewind, Lizzie nggak muntah cacing, dia muntah biasa, dan dia juga cuman diare, nggak ada kecoa keluar dari tangannya, semua itu akibat dari obat yang dikasih sama Charlotte. Lizzie kemudian balik ke Bachoff Academy dan cerita semuanya sama Pembina Bachoff Academy ini, Anton, dan istrinya, Paloma. Tapi endingnya Lizzie dikeluarkan juga dari Bachoff Academy karena dia udah nggak berguna tanpa tangannya. Lizzie nyamperin Charlotte ke rumahnya dan culik Charlotte buat dibawa ke Bachoff Academy, hukumannya menanti.

            Charlotte bilang dia harus melakukan itu ke Lizzie, karena apa yang dilakukan Anton dan ‘pengajarnya’ biadab. Charlotte memang murid spesial yang bisa main di chapel spesial, di hadapan Anton, Geoffrey dan Theis. Kalau Charlotte salah note, dia bakalan dihukum dengan ‘dilecehkan’ oleh Anton, Geoffrey dan Theis. Charlotte kemudian dihukum, dia dipaksa main Sonata for Solo, di depan Anton, Geoffrey, Theis, Paloma, Lizzie, dan anak baru dari Tiongkok tadi, Zhang Li. Kalau Charlotte salah note, Zhang Li yang akan ‘dihukum’. Indeed, Charlotte sengaja salah note, Zhang Li langsung dibawa ke atas sama Paloma, Geoffrey dan Theis langsung nyamperin Charlotte, tapi ternyata mereka diracun sama Lizzie, and they died.

Main alur mundur lagi, Lizzie di rumah Charlotte ternyata setuju dengan perkataan Charlotte bahwa mereka hanya dimanipulasi dan dilecehkan oleh Anton dan institusinya. Lizzie baru sadar, memang harus begini caranya supaya dia sadar. Lizzie dan Charlotte kemudian merencanakan sesuatu, dan semua itu tadi sampe Geoffrey dan Theis meninggal, itu bagian dari rencana mereka. Selanjutnya, Lizzie dan Charlotte juga bunuh Paloma, terakhir, mereka coba bunuh Anton, Anton tentu aja berontak dan tusuk tangan kiri Charlotte. Pada akhirnya mereka mutilasi kaki dan tangan Anton, dan mereka main berdua, saling complement their missing hand, to reach the perfection. I feel kinda sick too watching this, but I’ll give this an 8/10, especially for the message and the storytelling.

Aku suka banget teknik filmingnya mereka, the rewinding, the flashback plot, dan teknik yang namanya ‘diopter shot’, dimana objek dekat dan objek jauh fokusnya sama, seolah-olah kita bisa liat dari perspektif orang pertama (Charlotte). Mungkin orang-orang merasa empowering dari sini karena Charlotte berusaha memahamkan kalau ‘I’ve been through what you’ve been through too, wake up, this is a manipulation’. Gerakan #MeToo nya memang kuat banget, but maybe this one is a bit brutal, tapi aku paham sih maksudnya, adalah dengan tidak menormalisasi pelecehan, atas alasan apapun, alasan kesempurnaan lah, alasan panggilan dari Tuhan lah, pelecehan ya pelecehan, this is a brainwash if you still believe that we are special. I like this movie, it’s simple, strong, and brutal and yet have a message in it.

 

CONCLUSION

            Sebenernya nih, aku mau masukin Suspiria (2018) juga, cuman masalahnya sama Suspiria adalah ada beberapa dialog dalam bahasa Jerman yang nggak ada translate-nya. To be honest aku juga masih belum nemu sesuatu di dalam Suspiria yang bisa aku compare sama Black Swan. So, Suspiria must be gone. These three movies are really giving me something, memang genre ini bukan genre semua orang, apalagi kalo banyak darah-nya, akupun juga gitu sebenernya, aku suka genre horror tapi enggak dengan darah, I’ll passed out. Tapi bener-bener film-film ini bikin aku mikir, takjub, deg-degan, pokoknya the whole roller coaster feelings. Ini memang bukan genre horror yang hantu jumpscare or whatever, but this seems better for me than ghost.

            I will post the TOP TIER Psychological Horror Movies, with three movies that really make me uncomfortable, and give me headache as well. I’ll see you guys on my next review.

0 komentar:

Post a Comment

people who read my blog

search here?

Amaranggana Ratih Mradipta. Powered by Blogger.