Saturday, January 1, 2022

2021: year where i got out of my comfort zone

     Tahun 2021 ini buat sebagian orang berasa kayak cuman kedip, tapi buat aku berasa banget, kayak 2019 akhir, dan sebenernya aku cukup bangga dengan diriku sendiri karena hal itu. Di tahun ini aku kembali menemukan 'harapan' dari tahun 2020 lalu yang memang hancur banget, di tahun 2021 ini aku sudah membaik dan semoga saja dunia juga sudah akan membaik. Ceritanya sih emang naik turun banget tahun ini, ada yang traumatis, ada yang bener-bener merubah perspektifku, ada yang menyedihkan, membagongkan, lengkap.
     Dimulai dari Januari, bulan Januari tentu saja aku masih sibuk sama exchange, ceritanya lagi UAS dan juga LPJ, jadi bolak balik ke kampus juga buat tanda tangan. Bulan Januari juga aku masih disibukkan sama Penerimaan Warga Baru (PWB) rangkaian setelah pendaftarannya. On my special day juga aku masih ngurusin pembekalan, malemnya Ozi came to my house and he gave me a freakin kalimba with my last name on the back of the instrument, I love it so much. Aku juga mulai cari-cari informasi mengenai tempat magang sama temen-temen, dan lastly, musyawarah anggota, yang di Kamasetra biasa disebut dengan musyawarah warga, dimana kita ngulang seluruh program kerja selama satu bulan. Rasanya sakit sampe beneran sakit ke ulu hati, nembus.
     Bulan Februari aku habiskan dengan pengulangan kepengurusan itu tadi, dengan alhamdulillah, berita gembiranya, Qimal bisa dateng ke Jogja, intinya dengan berbagai alasan yang akhirnya orangtuanya dia memperbolehkan dia untuk ke Jogja. Bulan Maret selanjutnya pun aku masih habiskan dengan Penerimaan Warga Baru, aku capek banget dua bulan ini, karena aku pimpinan produksi 3 pentas sekaligus: pentas HUT Kamasetra, pentas warga baru dan pentas warga 'Satyawada' dan aku juga ketua acara dari Penerimaan Warga Baru ini, karena aku koordinator bidang. Ditambah lagi urusan akademik, ada percepatan Tugas Akhir Skripsi, jadi aku juga harus nyambi minimal cari judul sama masalah aja deh, dan tentu aja satu lagi: Ujian Tengah Semester.
     Bulan April itu bulan aku agak sedikit banyak 'kumat', sebenernya aku tau apa masalahnya, cuma akunya yang masih menunda-nunda untuk ke psikolog karena kayak, "ah kamu bisa kok, gini doang, mungkin after effects dari Januari-Maret", tapi sebenernya aku bener-bener merasa sakit sih. Cerita lucunya lagi adalah, waktu itu, sekitar 3 Ramadan, anak-anak angkatan ngadain buka bersama, tapi cuma 12 orang yang waktu itu dateng, setelah lama enggak ketemu kita kangen-kangenan lahya, terus tau apa? Keesokan harinya Aya bilang kalo dia positive, padahal aku boncengin dia dari berangkat sampe pulang dan kita minum dari gelas yang sama. Terus dua hari kemudian, aku, Kirana sama Davina swab antigen, dan alhamdulillah sih hasilnya negatif. 
     Bulan Mei, aku mencoba recovery, aku sudah mulai stabil, mungkin karena bulan Ramadan juga, dan aku fokus sama UAS juga jadi aku ada sesuatu yang mengalihkan pikiranku lah. Tapi akhir bulan ini malah menjadi hal yang bener-bener traumatis lagi dan bener-bener bikin aku died inside. Motorku diambil, satu-satunya motor, yang aku punya, yang aku gunakan untuk berkegiatan dan juga untuk mengalihkan seluruh pikiranku di rumah. Pokoknya pada saat hari itu aku lagi sama Kirana, I felt so ashamed, I felt bad for being her friend, I felt so disappointed with my dad and actually myself. Aku pulang ke rumah dijemput sama Ozi, dan sudah, aku menyatakan bahwa hari itu tidak pernah terjadi dalam hidupku, and I swore (and if Ozi is the one to be my husband) I don't want my kids to feel the same way as I did.
     Jadi, bulan Juni aku berasa kembali ke bulan Maret, perasaanku, hatiku, pikiranku, harapanku dan kebebasanku hancur, aku harus mulai dari awal lagi buat membangun 'benteng' ini, ditambah bulan depan aku juga harus KKN dan mungkin magang juga, jadi, ya [inhales sharply] aku harus siap. Aku akhirnya memutuskan buat KKN dulu baru magang dan bukan pada waktu yang bersamaan, karena bakalan exhausting banget, ditambah aku nggak ada kendaraan. I didn't want to rely on Aya, jadi aku harus cari cara sendiri. Aku KKN di Segoroyoso, Pleret, dengan program kerja utama membuat video edukasi mengenai sejarah Mataram Islam Pleret, dan pembagian pandemic kit. Bulan Juli pertengahan sampe akhir sebenernya juga bukan masa yang indah, karena covid naik lagi, dan Ozi sekeluarga waktu itu juga positive, aku gagal KKN terjun ke lapangan dan menghabiskan dua minggu cuma di depan canva.
     Tapi alhamdulillah banget, Agustus semua sudah cukup membaik, at least jalan sudah enggak disekat-sekat lagi, dan kegiatan sudah sampai cukup malam. Aku sama Aya (yang sejurusan), bisa melaksanakan produksi video dengan lancar dan meninggoy banget karena kita sudah beberapa kali pindah-pindah tempat, mikir lagi kalo misal belum dibuka atau belum diizinkan berkegiatan. Tapi enggak apa-apa sih, bulan Agustus ini bener-bener aku dipaksakan buat bisa berdampingan sama anak-anak, apalagi anak SD zaman sekarang yang pergaulan dan 'trend' nya beda sama aku dulu, beneran melatih bahasa krama aku ketika ngomong sama warga dan menjadi S.Ikom karena kerjaannku KKN 80% di depan Premiere Pro (terimakasih laptop Ozi dan kamera Pakaji).
     Masih sama dengan bulan Agustus, bulan September juga dalam rangka mengejar 272 jam KKN, dimana 2 minggu pertama di bulan Juli sudah kita habiskan dengan #nggakngapangapain, jadi mau nggak mau bulan Agustus dan September harus 5 jam terus dalam sehari, walaupun pada kenyataannya lebih dari 5 jam, bahkan pernah sampe 12 jam shooting-edit itu gitu doang, 12 jam. Akhir bulan September juga aku ngurusin surat-surat buat laporan dan surat-surat buat magang juga di bulan Oktober. Langsung caw, 4 Oktober hari pertama magang di Dinas Pariwisata DIY. Disini aku out of my comfort zone lagi, karena, awalnya aku masuk di bidang Arsip, di bidang Arsip ini aku 8-4 di meja dengan laptop inventaris arsip, bener-bener 180 derajat dari KKN yang baru bulan lalu banget.
     Bulan November, aku pindah dari Arsip ke Industri, disini aku lebih nggak paham lagi karena ngurusin masalah perizinan industri pariwisata, ngurusin surat-surat, menyambut tamu, dan yang utamanya adalah menjadi sekretaris pribadi ibu kepala bidang. Seperti yang sudah aku bilang di postingan sebelumnya, bahwa, aku sebenernya enggak menyesal-menyesal amat harus magang bukan di museum atau di Dinas Kebudayaan yang berkaitan dengan sejarah secara langsung gitu, tapi disini aku bener-bener ngerasain kehidupan di kantor, kayak apa sih pergaulan dan obrolan orang kantor, kayak gimana sih kerjanya dan relasinya dengan klien di luar. Akhir bulan juga aku habiskan dengan temen-temen magang di pantai Watukodok, seneng banget, aku seneng banget semuanya selama KKN dan Magang ini, bener-bener mengalihkan aku dari segala pikiran.
     Sebenernya ada satu event lagi pada bulan Oktober-Desember yang perlu di highlight, adalah project bareng Kedaireka, Kopernik, UNY dan USK mengenai VR for SDGs. Seperti biasanya, aku diajak oleh bapak Kuncoro Hadi, yang bener-bener deh kalo ngajakin hobi banget dadakan. Jadi aku bersama Aya (lagi), Kirana (LAGI), Aldias dan Pakaji, mainan sama GoPro dan muter 4 tempat yaitu Batik Giriloyo, Gula Semut Adana Kulon Progo, Kampung Cyber dan Does University. Intinya di 4 tempat itu kita cari storyline dan bikin storyboard mengenai aspek dalam SDGs, misal, di Batik Giriloyo itu tentang perempuan dan ekonomi (kalo enggak salah nomor 5 sama nomor 8). Asik banget aku bisa belajar cara mengoperasikan GoPro, plus kita mendapatkan VR BOX!!!! yes, beneran mendapatkan, dibawa pulang, diberikan hak milik, dan hak-hak lain yang kita dapatkan yang bener-bener worth it.
     Desember adalah bulan istirahat, sebenernya bukan bulan istirahat, lebih kepada bulan dimana aku harus ditampar lagi sama realita: Skripsi. Aku sudah bebas teori dan sudah ticking sebagian besar dari wishlist aku selama berada di perkuliahan, istilahnya, dari sisi idealisme aku, sudah sebagian besar terisi, dan sekarang saatnya aku menyelesaikan ini semua. Aku mulai nulis BAB 1 lagi bulan Desember, dan aku juga sudah menemukan narasumber, inshallah semoga saja, dengan semangat dan kelancaran komunikasi aku dengan dosen pembimbing, sebelum bulan Januari berakhir aku sudah harus seminar proposal. Akhir bulan Desember, sekaligus akhir tahun 2021 aku habiskan bersama temen-temen aku di Turi, sponsored by tantenya Kirana. 
     Kenapa tahun ini aku beri judul 'year where i got out of my comfort zone' padahal tiap tahun dari sebelumnya juga aku sudah banyak bertemu orang, dan sudah lebih banyak lagi berinteraksi (sebelum covid). Tahun ini bener kerasa banget aku keluar dari zona nyamanku, mulai dari ngemong anak kecil, ngobrol sama orangtua menggunakan bahasa krama, merasakan secuil dari dunia kerja, jatuh bangun mendirikan kembali keyakinanku, memperkuat benteng pertahananku, karena tahun ini kerasa BANGET semuanya. Aku bersyukur tahun ini aku bisa beraktivitas jauh lebih bebas daripada tahun lalu, alhamdulillah akupun selamat dari Covid 2.0 Indonesia, dan semoga aku dan keluargaku juga senantiasa dilindungi olehNya, dan oleh vaksin tentu saja. 
     Setelah aku keluar dari zona nyaman, tentu saja diharapkan aku bisa lebih banyak mengambil hikmah dari tahun 2021 ini dan kemudian semakin kuat, semakin bersemangat dan nggak takut lagi buat menghadapi tahun depan, yang bener-bener...........2022 coy.
     Seperti biasanya, aku akan spam dengan foto foto di tahun ini:


terimakasih banyak kepada tim Segoroyoso II atas
kerjasamanya dalam KKN kali ini, semoga kita 
tetep bisa ketemu lain di lain kesempatan!


Gila, paling susah dan paling mewek kalo udah
ngomongin anak-anak. Semoga kalian sukses
selalu sekolahnya dan mendapatkan apa yang 
kalian cita-citakan ya!

ibu bapak yang terhormat dari Dinas Pariwisata DIY
terimakasih banyak atas bimbingannya, semoga kita
bisa bertemu lagi di lain kesempatan, amin.



barudak magang dispar DIY 2021, Ihsan, Eka, Alvin,
Gilang, Agum, Rizqul, Lazi, Tarisa, Uni, Mia, Sani,
dan Aya, see you on top!

24/7 selama bulan November
Dinde, sukses selalu kamu hebat!


24/7 bulan 2020 dan 2021, semoga kalian sukses, 
sehat dan bahagia selalu, terimakasih sudah diberikan
kesempatan dan kepercayaan selama ini.

911 selama 1th+1 bln, thankyou bapak ketua
Nandi, gek lulus, gek rabi, gek dadi pengusaha
juragan 98

partner masalah premiere pro yang hobi ninggal
gue tidur anjir, sukses terus semoga dapet
job foto foto terus mas Burhan si
Burung Hantu.

LITBANG EMANG LIT BANGET!
SELALU BERDOA BUAT KALIAN SEMUA,
see you above the clouds!


911 mukiders, ndang lulus cok, ndang 
berkegiatan yang lain, menyusun buku,
bagaimana cara menjadi wanita kuat.


tim BU yang nama-amanya masuk dalam LPJ
akhir tahun Kemendikbud, terimakasih juga
kepada bapak Kuncoro Hadi atas kesempatannya
sekali lagi, dan kepercayaannya terhadap saya,
iya pak saya tahun 2022 ndang lulus kok


kakak kakak gue, 911 yang selalu ada dalam hujan
maupun terik dadakan nggak pernah wacana, dan
selamat akhirnya pecah semua, mas Adon gek
di fix ini mau nyusul apa masih keasikan kerja

rada geli nulisnya tapi makasih
buat Yazid, sodara (jauh) aku,
kehadiranmu tidak aku tunggu
kepergianmu kesedihanku

master editor IK05, u've grown
A LOT this year
, aku bangga banget
maupun banyak ups and downs
kita tahun ini, tapi nyatanya
kita akan selalu milih kita.
journeys ahead, my love.

Amaranggana Ratih Mradipta,
you also had grown so much this year,
tahun depan bakalan lebih berat, that's ok
journeys ahead strong woman
.

2021.
here's to 2022.

Wednesday, December 8, 2021

Dua Bulan di Dinas Pariwisata DIY

Oke kalo ini pengalaman aku magang yang nggak ada hubungannya sama sekali sama sejarah, tapi sebenernya aku bersyukur-bersyukur aja, karena kalo aku enggak magang disini, aku enggak bisa dapet pengalaman dan temen seperti sekarang. Little did I know, memang aku nggak mengharapkan magang di tempat yang 'bersejarah' banget seperti museum, atau dinas arsip, aku lebih pingin dapet pengalaman kerja kantoran aja gitu, gimana cara menanggapi masalah-masalah kantoran. So here we go.

Perjalanan awalku udah dimulai dari bulan Maret, aku Aya, Yasa, cari-cari tempat magang, mulai dari DPAD DIY, Sonobudoyo, Museum Benteng Vredeburg, Dinas Kebudayaan DIY, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Dinas Kebudayaan DIY, Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Dinas Pariwisata DIY sampe Badan Arkeologi DIY, sampe Museum Ullen Sentalu juga sebenernya. Aku bingung, karena disarankan sama dosen buat cari tempat magang yang linear dengan judul skripsi. Judul skripsiku tentang ketoprak RRI Yogyakarta, aku juga sudah coba di RRI, dan aku sudah wawancara, sumbernya nggak ada di RRI, jadi aku cancel magang di RRI. 

Terus kuliah-kuliah-kuliah, covid, PPKM, terakhir sebenernya aku pergi sendiri sama Rian, bulan Juli kalo nggak salah, pilihannya antara Dinas Pariwisata DIY, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta atau Balai Arkeologi, itu semua deketan kan, Rian juga maunya di deket asrama, aku sih dimana aja terserah. Sebenernya kita sudah sepakat mau di Dinas Pariwisata DIY, tapi Rian ternyata lebih sreg di Balai Arkeologi, sedangkan aku nggak mau di Balai Arkeologi, jadilah aku di Dinas Pariwisata DIY dan Rian di Balai Arkeologi, Rian sendiri, aku sama Aya. Yasa sama Davina dan temen-temen lain di Dinas Pariwisata Kota, Kirana aja yang di komunitas Kandang kebo. Here we start our intern program.

Fun fact, sebenernya Ozi juga magang di Dinas Pariwisata DIY, tapi dia mulai duluan, sengaja sih biar kita nggak ketemu, ketemu sebenernya, dua minggu awal aku masuk dia keluar, dan alhamdulillah beda bidang juga, tapi malah Aya yang sebidang. Aku awalnya di Arsip, dan kegiatanku cuman input arsip, mindahin arsip, sibuk tapi membosankan, apalagi waktu itu masih ada WFH dan WFO, jadi aku WFH pun ngapain gitu kan? Kegiatan akhir aku di arsip yaitu pemusnahan arsip, nggak pemusnahan sih lebih tepatnya pendaurulangan arsip. Jadi arsip-arsip yang sudah disetujui untuk dimusnah akan di...larutkan? intinya hasil akhirnya adalah karton, karton buat hardcover, karton buat isian tas, karton buat mebel, seru banget sebenernya. 

Selama di arsip, aku (dan anak magang lain) juga diberikan kesempatan buat jadi penyelenggara lapangan untuk acara Jogja Batik Carnival di Tebing Breksi. Di kesempatan ini aku kenalan lebih lanjut sama anak-anak magang di bidang-bidang lain, dan aku bersyukur banget sih bisa kenal sama mereka. Setelah sebulan di arsip, aku pindah ke bidang industri pariwisata, sebelahan sama pemasaran, bidangnya Aya, dan temen-temen aku juga pindah ke atas (kecuali Prita sama Abel, kasian). Oiya, ada juga anak UNY yang magang disini, ada Abel, Prita dan Dian, anjir, temen MAN, mereka dari Ilmu Administrasi Publik. Disini juga aku mulai bikin grup anak-anak magang buat komunikasi kita lebih lanjut.

Pindah di industri, aku ketemu sama Dinda, dan temennya, Jati (di bidang kapasitas), dari STMM MMTC, mereka berdua waktu itu nggak ikut ke Breksi karena lagi produksi. Tapi aku seneng banget ketemu Dinda, kita sama-sama suka Marvel dan....pekok aja gitu. Pindah di industri aku juga jadi sibuk banget, sibuk ngapain? sibuk jadi sekretaris pribadi ibu kepala bidang. Aku juga nggak tau kenapa dan bagaimana awalnya bisa terus-terusan dipanggil sama ibu kabid, sampe diajak jogging di alkid gara-gara acara Dinas Kesehatan. Tapi aku sempet dikasih 'uang lembur' sih, malah jadi nggak enak sendiri kadang, ibunya terlalu dermawan dah, tapi alhamdulillah.

Oke, apa yang aku dapatkan? yang jelas aku jadi paham administrasi perkantoran, gimana caranya membuat surat, tanda tangan, masukin nomor surat, disposisi surat. Kemudian aku jadi sedikit paham alur perizinan berusaha, dan caranya sertifikasi, fungsi sertifikasi, dan utamanya adalah masalah keuangan, OHIYA DAN, DAN, DAN, surat undangan itu bisa h-1 banget, mana itu baru masuk ke bidang hari Jumat sore, acaranya Sabtu siang. Aku pernah dapet dari BPCB DIY, minta pak Kadis (diwakili bu Kabid) buat jadi narasumber webinar, dan itu h-1 banget, siang, kek, hah? ya di organisasiku soalnya nembusin alumni aja harus seminggu sebelum, hehe.

Acara terakhir sebelum aku kelar adalah Keroncong Kotagede, acaranya juga live streaming, jadi aku udah familiar sama kondisinya yang sama aja kayak di Kamasetra wkwk. Acara sebelumny ada bimbingan teknis di Hotel Cavinton selama 3 hari, tapi aku dateng sehari doang, dua hari lainnya aku disuruh nemenin bu Kabid, tadi, jadi narasumber buat BPCB DIY, satu harinya aku nemenin bu Kasie Ekraf buat nyelesaiin perkara Keroncong Kotagede ini, kasihan soalnya. Dan setelah Keroncong Kotagede, besoknya ngapain? MAKRAB LAH SAMA ANAK-ANAK MAGANG WKWKWK.

Special thanks to:

Pak Yuhandri selaku Arsiparis Penyelia, mbak Fenti dan Mas Gerri, orang sibuk di arsip tapi bukan orang arsip.

Bu Fitri, Kabid Industri yang udah ngajarin aku banyak hal, pak Arinta Kasie Binwas, bu Andjar Kasie Ekraf, bu Takari, bu Nuri, bu Ryna, pak Bahrul, dan pak Dede, selaku staff di bidang industri pariwisata.

Bu Anik, staff Sie Promosi yang sekarang sudah jadi bendahara wkwk, makasih banyak bu cerita lucu-lucunya selama masih di Pemasaran. 

Mbak Tika yang selalu clueless terhadap perkembangan gosip di kantor wkwk.

Pak Jaswanto yang sudah menerima aku magang di Dinas Pariwisata DIY.

Bu Eru, staff Kapasitas yang sudah nemenin bu Fitri juga waktu jogging di alkid, biar aku enggak kelihatan sekpri sekpri amat.

Aya, Dian, Abel, Prita (UNY), Mia, Sani (Politeknik Pariwisata Srijaya Palembang), Dinda, Jati (STMM MMTC), Uni (Unriyo), Adhisty, Rizqul (STIPRAM), Lazi (AMPTA), Gilang, Agum, Alvin, Tarisa, Ihsan, Eka (Amikom), dan, Heru dan temennya (UIN SK) dan adik adik kecik D3 UPW UNS, seneng banget bisa kenal sama kalian. Beneran nggak nyangka bisa dapet temen-temen kayak kalian, see u on another world.

PHOTODUMP!


suka dukaku mengarsip

kunjungan Dinas Pariwisata Provinsi Banten

sekpri in action

sampe bosyan

INDUSTRY BABY




makasih banget pokoknya


Monday, December 6, 2021

KKN UNY Segoroyoso II 2021

 ....kuliah kerja, nggak nyata-nyata banget.

susah lah, seharusnya jadi pengabdian malah jadi kayak beban aja gitu, but after all, here's my KKN story, y'all!

Aku mulai KKN bulan Juli, diterjunkan gitu aja. Kelompokku ada 6 orang, Aku, Aya (Ilmu Sejarah), Binti (Geografi), Shafa (PGSD), Ivan (Sasing) dan Pandu (Akuntansi), di Segoroyoso II, Pleret, Bantul, aku ceritain sesuai kronologi aja kayanya. Begitu diterjunkan, kita ada rapat beberapa kali lewat google meet, karena beberapa dari kita ada yang isolasi mandiri, dan sampai akhir Juli kita baru bisa ketemu langsung dan ngomongin soal proker. Proker kita sebenernya beda-beda sesuai jurusan, tapi kita ada dua proker bersama, yaitu pembagian masker, hand sanitizer, dan panduan isolasi mandiri dan pengadaan pojok baca yang pada akhirnya kita beri nama 'Merdeka Mengabdi' karena waktu itu bulan Agustus pelaksanaannya. Satu proker lagi yaitu bimbingan belajar, tapi ini susah banget karena nggak sesuai target, dan kita juga nggak bakalan dapet anak-anaknya kalau kita ngadain secara online aja.

Proker individu ku sama Aya sendiri adalah video edukasi mengenai Mataram Islam Pleret dan mengenai Monumen Soeharto Segoroyoso. Kita sama sekali nggak bisa jalan bulan Juli karena PPKM, Museum Pleret ditutup dan kita juga enggak bisa ngapa-ngapain (at least we thought so). Jadi bulan Juli bisa dikatakan kita menghabiskan 2 minggu sendiri buat nggak ngapa-ngapain, ya ngapa-ngapain sih tapi cuma buat video edukasi kecil-kecilan, poster tentang covid dan lain-lain. Meanwhile beberapa dari kita juga mengakali situasi ini dengan ngadain bimbingan belajar di domisili masing-masing. Buatku, aku nggak bisa mengadakan bimbingan belajar ini karena anak-anak di domisiliku sedikit, jadi aku 'mengungsi' ke domisilinya Aya. Aku dan Aya pun akhirnya enggak ngajarin sejarah, tapi ngajarin apapun itu mata pelajaran Sekolah Dasar.

Karena bulan Juli lalu zonk, bulan Agustus menjadi bulan kerja rodi bagi kami. PPKM akhirnya diturunkan, jalan-jalan sudah enggak lagi dialihkan, frekuensi ambulans wara-wiri cenderung menurun, efek dari vaksinasi mulai terasa, kita bisa menyusun strategi lagi. Proker Merdeka Mengabdi kita alhamdulillah berjalan dengan lancar dan memuaskan, akhirnya kita pun bisa bertemu dengan warga, walau cuma satu RT, dan akhirnya kita juga bisa ketemu sama anak-anak buat bimbingan belajar. Aku sama Aya bisa mulai jalan-jalan, ngambil footage, ngedit dan akhirnya mempublikasikan video ke kanal Youtube. Disini masalahnya, ada puluhan jam yang kita habiskan dengan sia-sia di dua minggu setelah penerjunan itu, jadi mau nggak mau, bulan Agustus ini dan bulan September yang akan datang harus paling enggak dapet 4-5 jam perhari, atau bahkan bisa full 6 jam. And that's exactly what Aya and I did.

Jadwal pre produksi biasanya Selasa dan Rabu, cari artikel dan menyusun narasi, termasuk menghubungi narasumber apabila ada dan menyiapkan plan b apabila plan a tidak berjalan dengan lancar. Hari Kamis dan Jumat kita habiskan untuk shooting, tapi biasanya cuma sehari, atau satu hari satu tempat. Hari Sabtu dan Minggu untuk editing dan pengunggahan ke kanal Youtube. Senin, istirahat, unlikely, but we liked it that way. Rencana awal kita begini:

Terhitung mulai 19 Juli 2021
Episode 1 - Museum Pleret (25 Juli)
Episode 2 - Masjid Agung (8 Agustus)
Episode 3 - Makam Ratu Malang (22 Agustus)
Episode 4 - Situs Kedaton (5 September) 
Episode sejarah Soeharto di Segoroyoso (19 September)

Post pro: diantara minggu lenggang
Cari sumber di puskot.

Kenyataannya:
Terhitung mulai 1 Agustus 2021
Minggu kedua Agustus: Pengenalan Mataram Islam (Kotagede) dan shoot Jogja, Tugu, Kraton, dll. (EPISODE 1 MATARAM PLERET KOTAGEDE UPLOAD)
Minggu ketiga Agustus: Situs Kedaton (Pleret), Segoroyoso (bendungan makam) dan umpak Sakaguru (Tamansari) (EPISODE 2 MATARAM PLERET KERTO UPLOAD)
Minggu keempat Agustus: shooting untuk Monumen Soeharto Segoroyoso di depan SO 1 Maret (0 km) dan dengan narasumber (di monumen). (EPISODE 1 MONUMEN SOEHARTO UPLOAD)
Minggu pertama September: shooting di Makam Ratu Malang dengan narasumber, take footage untuk profile desa (EPISODE 2 MONUMEN SOEHARTO UPLOAD).
Minggu kedua September: shooting di Dinas Kebudayaan DIY dengan edukator tentang museum Pleret, shooting di Imogiri (EPISODE 3 MATARAM PLERET MUSEUM UPLOAD).
Minggu ketiga September: shooting lagi di Imogiri, UPLOAD DAN EDIT SEMUA VIDEO TERMASUK VIDEO PROFILE DESA, ALIAS MENINGGOY.
MASIH ADA LAPORAN WOEY ANJIR.

ya, gitu.

Agustus dan September bener-bener sampe titik darah penghabisan, dimana aku sampe nggak datang bulan karena saking stres dan tertekan banget masalah pemenuhan jam 272 jam ini, dan mengingat kalau aku Oktober juga sudah mulai magang dengan 272 jam yang sama, jadi nggak boleh sampe mundur waktunya. Tapi memang alhamdulillahnya aku dan Aya seolah memang dibuat dan diciptakan untuk kayak-kayak gini, jadi justru otak kita bener-bener uni-mind ketika mendiskusikan rencana-rencana kepepet. We never really discussing siapa yang membawa kamera siapa yang berpikir konsep, kalau editing sudah jelas aku, yang penting jadi aja lah, dan membayar hutang jam di 2 minggu Juli itu.

Tapi sebenernya, blessing in disguise, aku mendapatkan intisari dari KKN ini kok. Aku jadi bisa berinteraksi sama anak-anak, memahami pemikiran orang desa mengenai covid19 dan kebijakan pemerintah, dan kenapa kebanyakan malah ngatain mereka 'ngeyel' gamau taat prokes gamau vaksin, gamau stay at home. Paling jelas adalah skill editingku sih, hehe, semalem suntuk udah kaya wayangan.

I'm gonna end this with photo dumps, as always.


















thankyou for such and amazing experience.


'virtual reality' reality

 I wrote the title as if i'm that genius to write such paradox sentence, lol. 

But not really, karena memang itulah yang terjadi pada kehidupanku akhir-akhir ini. Mulai dari kebijakan PPKM yang gajelas yang juga berpengaruh kepada kebijakan kampus, utamanya bagi mahasiswa semester 7 yang akan menjalankan KKN, PK dan magang. Enggak sih, aku juga enggak menyalahkan kebijakan PPKM nya, karena memang pertengahan tahun ini bener-bener kacau, everyone lost their closest ones, i lost more than 3 family members, 2 high school teachers, and many of my friends, my loved ones, lost their people because of this frickin virus. I cursed everyone who don't believe in this virus.

So, bulan Juli sampai September kemarin aku menjalankan KKN, kuliah kerja NGANVA, hehe. Aku KKN di Segoroyoso, Pleret, Bantul, iya, memang aku milih yang jauh sekalian, agar at least rasa-rasanya KKN itu ada: di desa. Walau pada kenyataannya aku juga belum pernah bertemu sama warganya secara intens, atau kerja bakti and whatever KKN USED supposed to be. Aku menghabiskan Agustus dengan Canva, menjalankan program kerja virtual, karena pak lurahnya juga tidak memperbolehkan kita berlama-lama di lokasi, karena di lokasi lagi banyak warga yang isolasi mandiri, tapi at the same time kita juga mau membantu dengan menghubungkan dengan puskesmas setempat, tapi ya sudahlah. Bahkan program kerja utama aku aja enggak berinteraksi dengan warga, melainkan membuat video mengenai peninggalan dari kerajaan Mataram Islam era Pleret. 

Tapi bukan berarti kita juga enggak berinteraksi dengan warga sama sekali, no, instead, I'm having such fun with the kids, yeah you read it, THE KIDS. Biasanya aku selalu males, takut dan khawatir kalau menghadapi anak-anak, aku mending berinteraksi dengan orang-orang tua with my 'broken basa krama', tapi kali ini bener-bener, aku cinta banget sama anak-anaknya. Kita juga sempet bagi-bagi hand sanitizer, masker dan panduan isolasi mandiri untuk warga, so, yayy KKN!

Setelah KKN terbitlah magang, aku magang di Dinas Pariwisata DIY, Jalan Janti 4 Banguntapan Bantul, gila aku berdomisili di Kota Yogyakarta, berkuliah di Sleman dan mengabdi kepada Bantul. Apa sih latar belakangku apply di Dinas Pariwisata yang NGGAK ada hubungannya sama sejarah, sebenernya aku apply dimana mana jawabannya juga sama, "mbaknya kok magang disini? nggak di [sebutkan nama instansi lain atau museum]", tapi ketika aku ke museum juga, "lagian kok sejarah mau masuk disini mbak?" iya, ibu ibu di salah satu museum di Kota Yogyakarta yang service nya enggak banget, tapi terus kemudian temen sekelasku 3 orang bisa apply disana, makasih. Lama-lama bentuk Dinas Kesejarahan aja nggak sih biar nggak usah ditanyain mulu.

Sebenarnya dimanapun aku magang, aku juga enggak terlalu berharap akan berhadapan dengan apa yang aku pelajari selama 3 tahun teori ini, karena menurutku, menurutku, magang itu mendewasakan mahasiswa, utamanya attitude. Sedikit-sedikit berharap dimasukkan ke bidang yang ada hubungannya dengan aku menjelaskan bagaimana sejarah dari Yogyakarta itu sendiri membentuk branding hampir seluruh aspek dari pariwisata di provinsi ini, tapi ya, yasudahlah. Kenyataannya setelah aku selesai magang ini, yang aku dapatkan ya how to behave, bagaimana caraku bersikap menghadapi orang-orang dewasa dalam lingkungan kerja, gossips, affair, and everything that spice it up. Pendewasaan.

Aku mungkin sedikit rugi dan kurang beruntung, di saat aku harusnya gladi resik terjun ke dunia nyata, keadaannya harus seperti ini. KKN dan magang bener-bener membukakan mataku mengenai masa depanku sendiri, bagaimana berinteraksi sama orang, mempelajari sistem, mempelajari anomali sosisal, mendengarkan ekspektasi berbagai pihak terhadap mahasiswa atau anak jaman sekarang ini. Tapi aku bener-bener menikmati setiap saat aku KKN dan magang kemarin, orang-orang yang aku temui, aku bisa banyak belajar dari mereka. Kinda sad and not very me, but I owe them something. Utamanya bapak-bapak dan ibu-ibu di tempat magangku, they are all so helping.

Wanna know my unrealistic idealist KKN and magang plan?

KKN: Sangihe, atau Lombok. Mengajar anak-anak, mengumpulkan sumber sejarah yang berceceran disana, membuat laporan dan penelitian yang aku terbitkan. 

Magang: Museum Nasional Indonesia, kenapa? karena itu adalah MUSEUM NASIONAL. 

people who read my blog

search here?

Amaranggana Ratih Mradipta. Powered by Blogger.